Nampek

Makrifatul Illah
Chapter #5

50 ribu #5

Minggu kelabu, sejak dari tadi pagi subuh, selesai melaksanakan sholat, aku sengaja memilih untuk melanjutkan tidur kembali, Mungkin karena cuacanya mendung seperti ini, atau mungkin juga aku terlalu Lelah bekerja, sehingga lupa metime dengan diri sendiri.

Ya, lebih tepatnya, aku tengah ingin balas dendam karena jam tidurku semakin berkurang. Jadi sekalinya libur, aku ingin merebahkan tubuhku seharian.

Belum juga pulas tertidur, tiba-tiba hp ku berdering, dengan rasa malas, aku tetap saja bergerak mengambil ponselku yang biasa ku letakkan di atas lemari buku.

''Ah, siapa coba yang menelfonku sepagi ini.'' lagi-lagi dipagi buta begini, aku dibuat kesal oleh si penelfon.

Dengan mata sedikit memicing akibat tidak terlalu kuat menatap layar Hp, sesekali mengusap-usap mata lalu berusaha untuk melihat no yang tengah menelfonku.

''Ah, ini kenapa si Agus menelfonku sepagi ini sih.'' gara-gara dia tidur ku terganggu, padahal niatku ingin merebahkan riuh tubuhku yang tengah kelelahan akibat kuliah sambil bekerja, namun meski terasa kesal, aku tetap berusaha mengangkat sambungan telefonnya.

''Hallo, ada apa Gus?''

''Hallo, Nor, tugas soffilenya pak Bandi, kamu belum ngumpulin lo, tinggal kamu aja, aku tunggu sampai jam 12.00 Wib ya, terus sekalian tugasnya bu Endang, besok terakhir pengumpulan, tapi di print ini.'' sambil menemplok jidad, aku hampir melupa, bahwa Agus sendiri adalah seorang ketua kelas, sehingga wajar jika dia menanyakan tugas ku kali ini.

''Oh iya, Gus’’ terangku dengan terburu mematikan sambungannya untuk bergegas menuju menuju ke warnet.

Mengingat, aku sendiripun masih belum memiliki laptop, jadi wajar jika setiap hari aku sering ke warnet untuk mengerjakan tugas makalahku, meski di kampus telah disediakan computer di area loby, namun tetap saja, aku lebih memlih menuju ke warnet, karena computer di loby kadang wifinya eror, sehingga tak masalahlah meski harus mengeluarkan uang sedikit demi memperlancar tugasku.

Segera aku bergegas berjalan menuju ke warnet yang tak jauh dari kosku berada, butuh 5 menit, tempat yang ku tuju telah sampai, ku lihat disana sedkit ramai oleh pengunjung, dan kebanyakan semuanya adalah lelaki, aku sedikit mengurungkan niat menuju ke sana.

Namun karena waktu yang diberikan oleh Agus sedikit, sehingga aku tetap saja menerobos masuk dengan membuang rasa maluku terhadap mereka, meski tidak ada satupun dari mereka yang mengenaliku, tetap saja, aku merasa risih sendiri, jangankan diwarnet yang sudah jelas banyak sekali laki-lakinya, di Madura saja, saat aku disuruh ibu untuk membeli kopi di warung, jikalau di tempat lokasi ada laki-lakinya, maka seperti biasa, aku sering mengurungkan niatku untuk membeli apa yang telah diperintahkan ibu kepada ku, bahkan ibuku sudah paham perihal itu semua. Pengecualian jika laki-laki tersebut sudah sama-sama kenal, jadi aku tidak perlu canggung apalagi malu berada di dekatnya.

ku nyalakan computer yang berada didepanku, dengan segera aku mengetik beberapa jurnal dan juga buku-buku yang sejak dari tadi aku bawa sebagai bahan referensi untuk makalahku. Hampir 3 jam aku berkutat dengan layar computer, akhirnya dengan penuh Bahagia, makalah yang sejak dari pukul 06.30 Wib aku kerjaan akhirnya selesai juga.

Dengan tergesa, akhirnya ku kirim file tersebut kepada emailnya Agus selaku ketua kelas. Setelah semuanya beres, aku menuju ke tempat kasir untuk membayar sekaligus mengeprint file yang baru saja ku kerjaan.

''Bang, ini di print ya.'' terangku memberikan flashdisk kepada penjaga warnetnya.

''Oh iya mbak, berapa lembar nih?''

''1 file aja.''

''Ok, ditunggu.'' si penjaga warnetnya segera memproses fileku untuk di print.

''Hem, berapa semuanya bang?'' ucapku setelah file ku sudah terprint.

Lihat selengkapnya