Nampek

Makrifatul Illah
Chapter #9

Perempuan Menolak #9

Salahkah jika aku menolak tradisi, durhaka kah aku, jika menolak keinginan ibu dan bapak, lalu pamalikah aku, jika telah menolak laki-laki yang baru saja datang meminangku, jika aku salah, tolong katakan padaku dan jelaskan, kiranya apa yang salah dariku. Tolong juga berikan pendapatnya, apa yang harus aku perbuat agar tidak salah.

Jika ibu dan bapak merasa benar, lalu dari mana letak toleransi kalian terhadap sesama manusia, mungkin pendapat kita berbeda, tapi bukan berarti kalian mengatakan seenaknya jidad sendiri kepadaku, meski aku seorang perempuan dan posisiku adalah seorang putri dari kalian sekaligus.

Bukankah perempuan juga sama dengan laki-laki, lalu apa yang membuat berbeda, apa hanya aku menolak keras atas semua yang telah kalian pegang erat-erat tradisinya hingga langsung menganggap aku seolah memang perlu di salahkan. Jika memang aku yang salah, bisakah kalian , berpura-pura tidak mengerti bahkan mencoba tidak peduli, toh resiko tetap aku yang menanggungnya bukan kalian.

Jujur, aku tengah muak sekali, kehidupan ku semakin komplek kerumitannya sekarang, apalagi saat aku berusaha mengeluarkan suara untuk memutuskan lamaran tersebut, sehingga tanpa pernah mau mengerti hatiku, bapak dan ibuku malah memarahiku bahkan dengan bentakannya telah membuatku mengeluarkan air mata.

''Apah, se esareh pole bik kakeh Nor, jereng Andre jiah le genteng, sogi, keluargannah yeh terhormat, teros nyareh se kadik apaah pole kakeh Nor?'' (Apa yang kamu mau cari Nor, dia sudah mapan, ganteng, keluarganya terhormat, lalu apa lagi yang kurang Nor?) teriak bapak dari bilik kamar ku. Sedang aku terus saja menangis di dalam kamar tanpa mau menghiraukan bapak dan ibu yang masih terus saja membentakku.

''Iyeh Nor, apah kakeh lok takok sangkal yeh Nor? dek remmah mon smapaek, keluargannah Andre ngunci hedeh, bisa-bisa hedeh deddih peraben tuah Nor. apah kakeh lok mekker?'' (Iya Nor, apa kamu tidak takut kenak sangkal nanti, bagaimana jika keluarganya Andre mengunci kamu, bakal menjadi perawan tua nanti kamu Nor, apa kamu tidka mikir itu nor?)

Aku hanya menangis sambil menepuk-nepuk gulingku, sesekali ku gigit ujung bantalku, aku tidak tau, ternyata keputusan ku malah membuat mereka seperti ini, tapi salahkah jika aku menolak? sungguh aku tidak ingin menikah dulu, aku ingin melanjutkan sekolahku.

Salahkah jika aku memilih dan menentukan hidupku sendiri, aku juga manusia, meski aku terlahir dari Rahim ibuku bukan berarti ibu berhak menentukan nasib hidupku.

Kesal ku semakin menjadi, ini semua berawal, Ketika, kak Andre datang menemuiku di rumah, merasa teramat kasihan, karena selalu ku beri harapan palsu, sehingga aku memberanikan diri untuk mengatakan rasa yang sebenarnya bahwa aku tidak mencintainya, karena menurutku menikah itu juga butuh dilandasi dengan cinta apalagi disaat aku masih belum siap lahir dan bathin, maka dari itu aku berniat untuk mengutarakan isi hatiku padanya, agar hubungan ini tidak semakin jauh melangkah lagi.

‘’Kak An.''

''Iya, Nor, ada apa?''

''Kak An, sorry ya, mari kita selesaikan saja hubungan ini, karena bagaimanapun aku tidak mencintaimu.''

Lihat selengkapnya