JANDA & THE TABLE

glowedy
Chapter #5

CHAPTER 4 - Blazer Putih dan Diagnosis yang Tak Pernah Diucapkan

Blazer putih gading milik Ratna Widyasari tergantung rapi di balik pintu lemari, dikelilingi gaun linen netral dan celana palazzo hitam-putih yang tak pernah gagal membuatnya terlihat seperti perempuan yang tahu apa yang ia inginkan. Hari ini, ia tidak memakainya.

Bukan karena tidak muat. Tapi karena terlalu berat.

Bukan berat secara literal—blazer itu ringan, dijahit tangan oleh penjahit veteran di Milan—tapi berat karena citra yang ia bangun terlalu lama, terlalu sempurna.

Di mejanya, laptop menyala menampilkan undangan diskusi publik: “Perempuan Pasca Kehilangan: Narasi, Aksi, dan Harapan”. Di pojok layar, foto dirinya—tersenyum tipis, mengenakan blazer itu.

Ia memencet tombol "Decline".

Untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, Ratna menolak undangan menjadi pembicara.

Ia menatap cermin kecil di atas meja rias. Wajahnya tampak tenang, kulitnya masih lentur berkat perawatan berbasis ekstrak anggur Prancis, dan alisnya tetap simetris. Tapi matanya tak bisa disembunyikan. Terlalu lelah untuk perempuan yang selalu disebut “kuat”.

Di meja yang sama, tergeletak hasil pemeriksaan kesehatan yang belum ia buka selama tiga hari. Amplopnya sedikit berdebu, meski baru diantar kemarin. Ratna tak pernah takut membaca apapun. Tapi kali ini berbeda.

Karena ia tahu, jawaban dari lembar-lembar kertas di dalam amplop itu bisa menghancurkan narasi hidup yang ia jaga terlalu lama.

Suara pintu diketuk.

“Bu Ratna, maaf ganggu… Bu Lidya telepon,” kata Mbak Yuli, asisten rumah tangganya.

Ratna mengangguk, mengambil ponsel.

"Sayangku, kamu nggak online seharian. Don't tell me you're doing digital detox lagi?" suara Lidya bergema penuh euforia yang terdengar palsu.

"Enggak. Cuma detox dari manusia," jawab Ratna santai.

Lidya tertawa. "Dengar-dengar, kita semua udah dapet surat cinta. Kamu juga, kan?"

Ratna memejamkan mata sejenak. “Ya. Dan seperti biasa, aku nggak terlalu terkejut. Dunia ini penuh orang yang tahu terlalu banyak, tanpa paham apa-apa.”

Lihat selengkapnya