Janda Bolong

M.ALKAHFI
Chapter #5

Chapter 5

Tubuh Nilam tak mau mendengarkan Nilam yang tak ingin melakukan hal itu, namun Rifki terus membuatnya merasa enak. Sekarang Rifki perlahan mendudukkan Nilam dan tangannya perlahan mengangkat bajunya Nilam, Nilam yang sadar akan tangan Rifki yang akan menaikkan bajunya itu dengan spontan tangannya menahan tangan Rifki yang akan menaikkan bajunya.

“Ja, jangan ... Aku belum siap untuk in-“

“Cuuph!!”

Rifki kembali membungkam perkataan Nilam dengan bibirnya, lidahnya yang memaksa masuk kedalam mulut Nilam sudah tak bisa lagi Nilam tahan, dan akhirnya lidah mereka kembali saling mengaduk didalam mulut mereka. Rifki kembali melanjutkan apa yang sempat terhenti tadi, tangannya kini dengan leluasa menaikkan baju Nilam hingga bh hitamnya terlihat jelas, alhasil sekarang Nilam hanya memakai bh di bagian atas tubuhnya itu.

Setelah puas melumat bibir Nilam, kini Rifki beralih ke lantai bagian bawah dari tubuh Nilam, perlahan kedua tangan Rifki menurunkan tali bh Nilam, dan setelah Rifki melepaskan kain terakhir yang menutupi kedua gunung kepunyaan Nilam itu, Rifki kemudian perlahan mendekatkan wajahnya pada salah satu gunung kepunyaan Nilam itu, dan perlahan Rifki mengeluarkan lidahnya hingga menyentuh antena yang ada di atas gunung kepunyaan Nilam itu, spontan Nilam mengeluarkan suara nakal dari mulutnya.

“Ahh ... aahh ... Rifki Aku merasa aneh,” ucap Nilam menahan desah.

Rifki yang terus memainkan antena gunung milik Nilam itu dengan lidahnya tidak menghiraukan perkataan Nilam, ia terus memoles antena gunung Nilam itu dengan lidahnya, sedangkan gunung Nilam yang satunya lagi di remas-remas oleh tangannya. Nilam sudah tak bisa berpikir jernih lagi karena merasa keenakan, ia belum pernah merasakan ini sebelumnya, bahkan tanpa sadar kedua tangannya mengunci leher Rifki agar lebih melekat dengan gunung kepunyaannya.

“Rifki, ini sangat enak dan aneh ... tubuhku terasa panas dan Aku tak bisa berpikir dengan jernih,” ucap Nilam sambil menahan desahnya.

Mendengar perkataan Nilam padanya, Rifki menghentikan kegiatannya itu dan beralih menatap Nilam dengan penuh arti.

“Nilam ... jangan tanya apapun, kamu cukup mengikuti apa yang hatimu katakan, dan katakan padaku apa yang hatimu inginkan itu,” ujar Rifki pada Nilam sambil mengelus-elus pipi mulusnya.

“Aku ... Aku ingin kamu Rifki, Aku ingin kita bersatu untuk selamanya,” ucap Nilam pada Rifki dengan nafas berat.

Lihat selengkapnya