Janda Cerai Mati

Via Vandella
Chapter #6

Bab 6. Juan Nekat

Juan masih terus saja mondar-mandir hingga akhirnya tanpa sengaja, pemuda itu bertabrakan dengan ayahnya yang sedang membawa tempat jualan es yang baru selesai dibersihkan.

"Astaghfirullah, Juan? Ngapainsih, nggak ada kerjaan lain apa? Udah tahu rumah sempit masih saja mondar-mandir nggak jelas," hardik Mustofa dengan wajah kesalnya.

Tempat jualan es serut yang terbuat dari kayu itu cukup besar, hingga Mustofa tidak melihat dengan jelas kalau Juan ada di depannya hingga mereka tabrakan.

"Ya sorry, Yah!" ungkap Juan yang memang merasa bersalah. Juan membantu Mustofa mengangkat kayu itu dan membawanya ke luar rumah.

Saat membantu mengangkut tempat es serut milik Mustofa, tiba-tiba saja Juan terpikir suatu ide, "Yah, gimana kalau aku yang menggantikan Ayah jualan keliling?"

Mustofa tidak menggubris perkataan anaknya itu. Pasalnya selama ini Juan tidak pernah mau menggantikannya berkeliling, walau waktu itu Mustofa sendiri tengah demam.

"Yah?" sentak Juan seraya memastikan papan kayu itu sudah terpasang dengan seimbang.

"Heleh," balas Mustofa singkat.

"Ayolah, Yah. Coba sekali ini aja," pinta Juan ternyata serius dengan ucapannya.

Mustofa menyerngitkan dahi. "Lah, kau serius rupanya? Ayah kira kau masih gengsi, terlebih saat ini kau sudah menyandang gelar sarjana."

Dulu pernah Mustofa meminta Juan membantunya keliling, tapi Juan yang masih sekolah menolak dan mengaku gengsi.

Juan nyengir memperlihatkan gigi putihnya yang rata, ia pun teringat dengan kata-kata gengsinya dulu.

"Hmm .... Sambil nunggu panggilan kerja nggak apa-apa kali, Yah." Juan beralasan.

Juan merasa sangat perlu untuk menabung, ia tidak bisa mengandalkan uang saku dari ayahnya saja. Bukankah rencana apa pun kedepanya butuh uang yang banyak?

Tanpa berpikir panjang, Mustofa menyetujui permintaan anak bujangnya itu.

"Ya sudah, silahkan!" seru Mustofa sedikit bergeser dari posisinya di samping motor.

Juan tersenyum sumbringah, ternyata begitu mudah membuat ayahnya menyerahkan dagangan itu. Juan tidak lagi menghiraukan gengsi untuk saat ini karena dia lebih butuh uang.

Juan menaiki motor, saat hendak melaju, tiba-tiba saja kembali berhenti.

"Terus nanti Ayah gimana?" Juan memperhatikan raut wajah Mustofa.

Ternyata Juan juga tidak sampai hati, mengambil usaha ayahnya secara paksa seperti ini.

"Gampanglah. Itu kemaren Pak Sutiyo cari orang buat gembala kambingnya. Nanti ayah bisa temui dia! Kau coba sajalah keliling dulu, mana tahu kau dapat uang lebih banyak dari pada ayah," ungkap Mustofa memberi dukungan penuh pada Juan yang mau mulai berusaha.

Juan tak kunjung melajukan motor butut itu. Hanya memperhatikan raut wajah Mustofa yang terlihat lebih tua dibanding usianya yang baru menginjak 49 tahun.

"Kenapa lagi?" tanya Mustofa saat melihat ekspresi Juan tidak bersemangat lagi seperti tadi.

"Ehh, hmm ...!" Juan masih saja termenung, entah mengapa ia benar-benar tidak enak hati mengambil mata pencarian ayahnya.

"Maaf, Yah. Ternyata selama ini aku hanya menjadi beban Ayah!" tutur Juan sembari menggaruk dahinya yang tiba-tiba terasa gatal.

Lihat selengkapnya