Janda Cerai Mati

Via Vandella
Chapter #7

Bab 7. Tunggu Aku

Demi Yunita, Juan nekad membohongi Frans. Hanya berharap Frans akan mempertimbangkan dan tidak menjodohkan Yunita dengan laki-laki lain setelah ini.

"Apa yang membuat kau begitu yakin, Anak Muda? Panggilan kerja bukan berarti sudah dapat kerja!" cemooh Frans, menyudutkan Juan lagi dan lagi.

"Saya yakin bisa dapat kerja, doakan saja!" balas Juan begitu santai.

Frans menggeleng dan hendak menjawab, tapi ia menyadari kehadiran Yunita yang tiba-tiba saja sudah berdiri diambang pintu.

"Juan?" panggil Yunita dengan lirih. Tangannya membawa segelas teh di atas nampan, sesuai pesanan Frans tadi.

"Iya, Yun. Sa-saya ...." Juan memilih bungkam setelahnya, ia bahkan tidak bisa menceritakan tujuannya datang ke rumah itu.

Frans menatap lama tepat di manik mata adiknya. Dapat Frans lihat kalau ada ketertarikan di pancaran mata Yunita saat melihat ke arah Juan.

Sejenak Frans pun berpikir mungkin Yunita juga mencintai pemuda itu. Tapi di sisi lain, Frans menginginkan seseorang yang dapat menjamin kehidupan adiknya.

Bukan karena apa, Frans sudah merasakan sulitnya hidup saat mereka dicekik ekonomi. Frans berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan ibu dan adiknya waktu itu.

Frans akhirnya memotong pembicaraan mereka. "Pemuda ini berniat menikahimu!"

Seketika Yunita merasa tidak percaya kalau Juan datang menghadap Frans. Bukankah satu bulan ini Juan tidak lagi cari perhatian padanya?

"Saya tidak akan berjanji apa pun pada dia, kalau memang kalian berjodoh, saya juga tidak akan menghalangi! Jadi cepatlah menjadi pantas, sebelum kau ditikung yang lain."

Juan menatap Yunita cukup lama, hingga suara Frans kembali menyadarkannya.

"Kalau sudah cukup, kau boleh pergi!" usir Frans secara terang-terangan.

Juan tidak menjawab Frans, ia malah bicara pada Yunita, "Yun, tunggu aku barang sebentar saja. Please ...."

Siapa sangka, Yunita malah mengangguk membuat harapan Juan menyala seketika.

Mereka berdua saling melempar senyum malu-malu, seperti di masa sekolah dulu.

Pria gagah yang tadinya duduk, kini sudah berdiri. Juan refleks ikut berdiri saat melihat mata Frans melebar ke arahnya.

Frans melangkah mendekati Juan. Kini mereka saling berhadapan seakan mengukur tinggi badan.

"Pergi!" usir Frans kembali, kali ini dengan telunjuk tepat di dada Juan. "Jangan pernah hubungi Yunita selagi kau masih belum pantas."

Begitu tegas cara Frans mengambil keputusan untuk adiknya. Frans akan memilihkan jodoh terbaik untuk Yunita.

Hanya satu hal yang terpikir oleh Juan saat ini, yaitu merantau. Ia tidak bisa lagi menunggu panggilan kerja yang mungkin saja tidak akan pernah ada.

Tapi setidaknya Yunita tadi mengangangguk, yang berarti ia setuju untuk menunggu Juan barang sebentar saja.

"Baik, saya permisi!" pamit Juan dengan perasaan bahagia yang bercampur dengan sedikit kesal atas tindakan Frans mengusirnya.

Yunita masih berdiri di balik punggung Frans, ia sedikit berjinjit untuk melihat kepergian Juan.

Juan telah beranjak dari rumah itu. Frans memutar badan, mengalihkan pandangan pada adiknya, Yunita terlihat masih berdiri mematung dengan tatapan terkunci pada Juan.

"Duduklah!" tegas Frans pada Yunita.

Yunita duduk setelah meletakkan teh di atas meja terlebih dahulu. Jantungnya berdegub kencang seperti seseorang yang akan disidang.

"I-iya, Bang," jawab Yunita terbata setelah duduk di sofa depan Frans.

Tanpa basa-basi Frans langsung bicara dengan raut wajah serius, "Abang tahu kau tertarik pada pemuda tadi, hingga abang harus mengingatkan kamu sekali lagi, jauhi zina. Jangan pernah memandang laki-laki yang bukan mahrammu terlalu lama."

Lihat selengkapnya