Janda Cerai Mati

Via Vandella
Chapter #8

Bab 8. Tempat Baru

Juan terbangun dari tidurnya, suara bising dari kamar sebelah sangat menganggu. Juan memutar arah kepala ke arah yang berlawanan tapi suara mereka masih saja sangat menganggu, hingga Juan tetap tidak bisa terpejam kembali.

"Astaghfirullah, apa mereka berantam?" keluh Juan seraya menutup telinga dengan handuk yang ia gunakan sebagai bantal.

Kondisi kamar yang masih satu dinding membuat suara penghuni kamar di sebelah terdengar sangat jelas. 

"Hoamm, baru jam lima," erang Juan cukup keras tapi masih kalah keras dengan suara gaduh di sebelah.

Tidakk ingin mengetahui permasalahan orang lain, Juan memilih memutar lagu di ponselnya dengan cukup keras.

Pagi menjelang, suara gaduh di sebelah sudah tidak terdengar lagi. Juan kini telah selesai salat subuh, dengan santai pemuda itu membuka pintu kos untuk memperoleh udara segar.

"Loh?" Juan terperanjat saat melihat seseorang pria berpakaian seperti preman keluar dari kamar sebelah.

Juan memperhatikan tetangganya itu tapi tidak berani menegur, sebab wajah pria itu terlihat sangat tidak baik-baik saja.

Tidak ingin peduli lagi, Juan mengalihkan pandang ke arah jalanan di depan sana, di situ terlihat sebuah warung sarapan pagi.

Pemuda itu mengusap perutnya yang mulai terasa perih karena belum makan dari kemaren sore.

"Kira-kira ada jual lontong sayur nggak ya?" Juan memicingkan mata.

Juan yang sudah merasa lapar memutar badan kembali ke dalam kamar. Ia membuka dompet hendak mengambil uang untuk membeli sarapan. Setelah uang sepuluh ribuan berada di tangan, Juan melangkah keluar kos.

Baru saja tangan Juan menarik pintu dan memasang gembok, ia terlonjak kagek dan refleks berteriak, "Astaghfirullah!"

 Mata Juan melebar saat melihat di depan kamar kos sebelah, seorang wanita berpakaian teramat seksi sedang duduk bersila sambil merokok. Dandanan wanita itu juga terlihat luar biasa menor.

"Hai, Dek!" sapa wanita itu tersenyum centil terlihat menggoda. Matanya berkedip dengan tangan sengaja dilambaikan ke arah Juan. "Sendirian ya, Dek? Kakak temani gimana?"

Dengan gerakan cepat, Juan membuka kembali gembok yang baru saja dipasang.

"Tidak, tidak usah!" tolak Juan sambil menggeleng cepat.

Wanita itu semakin tersenyum lebar. Ia mematikan rokok dan meletakkan puntung di dalam asbak.

Wanita seksi itu malah berniat mendekat ke arah Juan. Membuat Juan membuka pintu kos dan masuk secepat kilat. Juan langsung mengunci pintu dari dalam. 

"Huh ... huh ...." Juan menetralkan nafasnya yang memburu. "Angker banget ini tempat kos!"

Beberapa saat berlalu, Juan mengintip melalui jendela kecil dekat pintu. "Aman belum, ya?"

Juan sangat takut kalau wanita yang baru saja ia lihat tadi, masih menunggunya di luar sana. Seketika Juan menyesal asal pilih tempat kos yang murah.

Tanpa pikir panjang, Juan kembali menghubungi Alfian untuk diantar mencari tempat tinggal yang lain.

Sementara di rumahnya, Yunita tengah menyiapkan sarapan bersama Maryam.

Semenjak kemaren Juan datang menemui Frans, perasaan Yunita kembali berbunga-bunga. Sedari tadi mulut wanita berjilbab itu tidak berhenti bersenandung kecil.

"Jadi benar kau menyukai anaknya Pak Mus?" tanya Maryam langsung ke intinya. 

Sedari tadi Maryam dapat melihat betapa Yunita sangat bersemangat. Bahkan anaknya itu sesekali mengulum senyum tanpa sebab.

Lihat selengkapnya