Janda Cerai Mati

Via Vandella
Chapter #11

Bab 11. Lelaki Pengecut

"Bagaimana bisa?" Arnes pun merasa heran. Pasalnya mereka selalu bersama sedari pulau Jawa tadi, semua baik-baik saja, aman dan terkendali.

Juan menggeleng, detik setelahnya pemuda itu berdiri dari duduknya karena teringat sesuatu.

"Ke toilet, Pak!" seru Juan dengan lantang seraya berlari menuruni bus segera ke toilet di belakang terminal.

Tadinya Juan pergi ke toilet sendirian, ia hanya berniat mencuci wajah, tangan dan kaki tapi tiba-tiba saja Juan merasa ingin buang air besar.

Dengan cerobohnya, Juan yang takut ponsel itu basah memilih meletakkannya di pinggir westafel begitu saja tanpa pengawasan. Setelah selesai, Juan lupa mengambil ponsel dan dompet, ia hanya mengambil tas saja.

Tidak sampai satu menit, Juan sudah sampai di toilet tempat tadi meninggalkan ponsel dan dompet. Juan menyentuh westafel dengan tangannya.

"Astaghfirullah hal adzim," pekik Juan di dalam hati saat tidak mendapati kedua barang berharga itu di sana lagi.

Pemuda itu terlihat menjambak rambutnya ke belakang. Juan berjalan gontai menemui Arnes yang menunggunya di depan pintu toilet.

"Gimana? Ada?" tanya Arnes penasaran.

Juan menggeleng lemah, sungguh tidak menyangka akan kehilangan ponsel karena ulah ceroboh sendiri.

Arnes melangkah hingga posisinya berada di samping Juan, tidak bisa mengatakan apa pun selain, "Sabar!"

Mereka berdua berjalan kembali ke depan. Mobil bak yang Arnes tunggu untuk mengangkut barang belanjaan sudah datang. Mereka berdua menghampiri mobil itu.

Tidak tega meninggalkan Juan sendiri dalam kesulitan, Arnes menawarkan sejumlah uang pada pemuda itu.

"Kau pakailah uang ini dulu," ucap Arnes mengulurkan lima lembar uang seratus ribu. "Pasti kau butuh!"

Juan yang sedang berdiri tertunduk sontak mengalihkan pandangan Arnes. Entah mengapa senyum tipis terbit di sudut bibir Juan.

Juan merasa bahagia sebab Yang Kuasa tidak hanya memberikan kesulitan, tapi juga lengkap dengan seseorang yang akan menolong.

"Kenapa Bapak baik sekali?" ujar Juan merasa kagum. Pasalnya sepanjang perjalanan dari pulau Jawa, hingga saat ini Arnes sudah sampai di tujuan, masih saja sangat peduli pada Juan.

Arnes tersenyum simpul masih saja mengulurkan uang, ia berharap Juan mau menerima bantuannya.

"Saya pernah susah, pernah juga ditolong orang," balas Arnes sambil tersenyum semakin lebar.

Juan berpikir sejenak, merasa ragu untuk mengambil uang itu. Jika dipaksa ke Sumatra Barat belum tentu juga akan langsung bertemu Murti, sebab alamat yang Murti kirim ada di ponselnya yang telah hilang.

Tiba-tiba Juan berniat untuk memulai petualangan di Lampung. Ia menatap lekat wajah Arnes.

"Bapak punya usaha bengkel truk 'kan ya?" Entah ide dari mana, yang jelas Juan sudah memutuskan untuk mandiri tanpa bantuan orang lain. "Gimana kalau aku kerja sama Bapak saja. Nanti uangnya aku bawa ke Sumatra Barat."

Arnes terkekeh, ide Juan cukup bagus menurutnya. Pria paruh baya itu menarik uangnya kembali.

"Kebetulan di samping rumah ada kedai kosong, ayo ikut saya saja," sambut Arnes merasa bahagia.

Akhirnya Juan ikut Arnes ke rumahnya dengan mobil bak yang mengangkut barang belanjaan Arnes. Selang sepuluh menit saja, mereka sudah sampai.

"Kita sudah sampai, itu rumah saya," tunjuk Arnes pada rumah sederhana bercat putih.

Juan menyerngitkan dahi seperti berpikir. "Kenapa tidak langsung turun di sini saja tadi, Pak?"

Rumah Arnes terletak di pinggir jalan lintas, cukup aneh kalau dia malah memilih menurunkan barang di terminal.

"Itu karena setengah barang milik orang di terminal tadi, jadi langsung saja bongkar di sana," jawab Arnes.

Juan mengangguk beberapa kali. Mobil bak berhenti di depan teras. Rumah Arnes tidak terlalu besar tapi halam depannya sangat luas. Terdapat tiga truk yang parkir berjajar di sana.

Hanya ada beberapa rumah di sekitar, tapi karena ini merupakan jalan lintas Sumatera banyak sekali mobil, truk dan bus yang lewat.

"Ayo!" ajak Arnes saat menyadari langkah Juan terhenti.

"Eh, iya, Pak." Juan tersenyum mengikuti langkah lebar Arnes menuju pintu rumahnya.

Lihat selengkapnya