Janda Cerai Mati

Via Vandella
Chapter #17

Bab 17. Bebas Dari Fitnah

Juan semakin bernafas lega saat Taher benar-benar bijak dalam mengambil keputusan.

'Alhamdulillah,' batin Juan sambil mengusap wajah. Rasanya baru saja terbebas dari ribuan kilo beban yang menghimpit pundaknya.

Tidak heran masyarakat setempat memilih Taher sebagai kepala Jorong dan pembuka agama, karena memang Taher merupakan seorang yang adil, bahkan pada Juan yang bukan penduduk setempat.

"Jujurlah Erika!" geram Arnes menatap nyalang pada anak gadisnya itu.

Erika merasa terpojok karena ayahnya sendiri bahkan tidak percaya dan mulai mengintrogasi dirinya.

"Ibu?" Erika melihat pada Yona seperti meminta bantuan.

Yona melihat Erika sekilas seraya mengigit bibir bawahnya, pertanda juga tidak tahu harus bagaimana sekarang. Wanita itu memilin jari-jari tangannya demi menyembunyikan rasa gugup yang ada.

Tatapan Arnes beralih pada Yona, ia pun membentak, "Apa kau tahu siapa ayah dari anak yang dikandung Erika?"

Yona terkesiap, seumur pernikahan mereka baru kali ini Arnes membentak dirinya. Wanita itu mengusap tengkuk, tengah menimbang pilih jujur saja atau tetap berbohong?

"I-itu Juan," tutur Yona singkat lalu menunduk dalam, terlihat jelas sekali kalau dirinya tengah berbohong.

Arnes terkekeh kecil, seakan mentertawakan diri sendiri. Pria itu tengah mentertawakan kemalangannya sebagai kepala keluarga.

"Mengapa keluargaku jadi begini?" Arnes menyugar rambutnya ke belakang penuh penyesalan. Sungguh tidak menyangka kalau anak dan istri yang teramat dicintai tega memfitnah orang lain.

Arnes merasa tidak akan mendapatkan keterangan apa-apa dari istri atau anaknya.

"Baiklah kalau kalian berdua tidak mau jujur!" seru Arnes yang kini berjalan menuju dinding. Seketika pria paruh baya itu mengamuk dengan membabi buta.

Alih-alih menyakiti anak atau istrinya, Arnes memilih menyakiti dirinya sendiri, dengan membenturkan kepala ke dinding dengan cukup kuat.

Juan dan Taher kompak berdiri untuk melerai Arnes.

"Sudah, Pak!" Taher dan Juan berusaha menarik Arnes ke belakang.

Hanya saja usaha Taher dan Juan tidak bisa menghentikan Arnes, akhirnya pria itu berhenti dengan sendirinya setelah mendengar suara Erika.

"Ayah ... sudah, baiklah aku akan jujur!" Tangis Erika pecah saat dahi ayahnya terlihat mengeluarkan darah. "Anak ini adalah anaknya Bang Yogi."

Kali ini suara tangis Erika terdengar begitu pilu, sebelah tangan ia gunakan untuk menutup mulut meredam suara tangisnya sendiri.

Mendengar kejujuran anaknya Arnes sangat terkejut, bahkan apa yang Erika ucapkan seakan mampu meruntuhkan dunianya saat ini juga.

"Yogi?" ulang Arnes yang kini sudah melihat pada Erika dengan tatapan yang sulit diartikan.

Gadis itu mengangguk, kali ini ia berkata jujur kalau anak yang dikandung adalah anak dari Yogi kekasihnya.

"Bagaimana bisa?" desis Arnes dengan kepala yang terasa semakin berdenyut hebat.

Seketika tulang dan sendi di badan Arnes kehilangan fungsinya. Ia hampir saja limbung ke lantai, jika Juan tidak sigap menahan bobot badan pria itu.

Juan tentu bingung melihat ekspresi Arnes dan juga wajah terkejut semua orang yang ada di sana. Juan yang tidak tahu apa-apa tentang Yogi, sontak mengeluarkan pendapat.

"Saya rasa bapak bisa segera meminta orang itu untuk menikahi Erika," sela Juan berharap Arnes menerima sarannya, karena semua sudah jelas.

Sesaat setelahnya Arnes sudah bisa berdiri dengan normal. Ia melihat nyalang ke arah Juan, pria paruh baya itu terlihat semakin frustasi.

"Maafkan saya atas semua pukulan yang sudah kau peroleh." Arnes menyesal telah menuduh Juan bahkan sampai memukulnya.

Juan tersenyum lembut dan menggeleng. "Tidak ada yang harus saya maafkan, Bapak hanya salah paham pada saya."

Lihat selengkapnya