Frans telah sampai di rumah, ia mondar-mandir di ruang tamu sambil sesekali melihat ke luar jendela.
"Manasih Fuad sialan itu?" Gemertak gigi Frans kembali terdengar mewarnai tuang tamu yang sepi.
Frans menunggu Fuad datang ke kios. Tapi hingga sore hari pria yang ditunggu tak kunjung datang.
"Apa Fuad tahu kalau aku pulang? Terus dia sengaja menghindar?" tanya Frans pada diri sendiri.
Semenjak sampai di rumah tadi, Frans belum membahas apa-apa pada Yunita dan Maryam. Ia ingin membuktikan sendiri kabar yang didengar.
Rencananya Frans hanya akan menunggu Fuad datang ke kios, lalu ia akan memaksa pria itu memutuskan hubungan dengan adiknya.
"Gimana ini?" Frans gelisah sekali saat adzan ashar berkumandang. Ia takut Fuad akan datang saat ia salat di masjid.
Maryam yang sedang menyapu milih berhenti, kini ia sudah berdiri di samping Frans. Maryam mengagetkan anaknya itu dengan menepuk bahu Frans sedikit.
"Lihatin apa, Nak?" tanya Maryam, sedari tadi wanita tua itu memperhatikan tingkah Frans yang terlihat mondar-mandir, sesekali juga mengintip ke jendela.
Sedangkan Yunita masih berada di kios, sampai saat ini Yunita belum tahu kalau dirinya menjadi gosip bagi tetangga.
"Bu duduklah dulu, aku ingin bicara," pinta Frans seraya menarik tangan Maryam agar duduk di sofa ruang tamu.
Wajah Frans terlihat sangat serius. Maryam meletakkan gagang sapu yang dipegang, lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Frans.
"Bicara apa?"tanya Maryam penasaran.
"Aku dengar gosip kalau Fuad sering mendatangi Yunita ke kios. Benarkah itu, Bu?" tanya Frans dengan wajah yang tidak bersahabat. Entah mengapa menyebut nama Fuad ada emosi tersendiri yang tidak biasa.
Akhirnya Maryam tahu apa yang membuat anak sulungnya itu pulang secara mendadak. Maryam sudah tidak heran lagi sebab ia juga mendengar gosip itu tadi siang.
Maryam bingung harus menjawab apa, pasalnya ia hanya melihat Fuad dua kali di kios jahit. Maryam mengira Fuad mempermak celana seperti yang lainnya.
Tapi gosip yang didengarnya tadi, membuat Maryam akhirnya menghela nafas lelah. "Ibu juga nggak tahu, Nak. Yunita tidak cerita apa-apa."
"Kata tetangga Fuad sering ke kios, aku tidak sudi Yunita akhirnya menikah dengan pria begajulan seperti Fuad, Bu. Sebaiknya aku menemui Fuad agar dia sadar posisinya," putus Frans dengan emosi.
Frans melaksanakan salat ashar di rumah, setelah itu berangkat menemui Fuad di kedai tempat biasa pria itu nongkrong.
Yunita sedang menutup kiosnya, hari sudah sore dan pekerjaan hati ini sudah selesai. Tiba-tiba Yunita mendengar suara motor keluar dari pagar rumahnya.
"Mau ke mana Bang Frans?" Yunita hanya melihat panjang pada punggung Frans yang berlalu dengan sepeda motor matic itu.
Yunita menyimpan kunci gembok kios, lalu berjalan ke rumah yang hanya berjarak beberapa meter saja.