Keesokan harinya, Haikal tersenyum lebar saat melihat Frans sudah menunggunya di depan teras. Pria itu memarkirkan mobilnya di depan pagar rumah berwarna hijau itu.
"Akhirnya sampai juga," ucap Frans seraya melangkah menyambut Haikal ke pagar.
Haikal turun dari mobil, ia pun mengucapkan salam, "Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, lama sekali. Kau bawa mobil apa keong?" seloroh Frans saat menjabat tangan Haikal.
Dari dalam rumah, Raina berlari menyusul Frans. "Om, ngguin."
Raina mengira kalau Frans akan pergi, hingga gadis kecil itu menyusul Frans dengan berlari.
"Hati-hati, Na," ucap Maryam di depan teras sana. Tapi Raina sama sekali tidak mengindahkan teriakan neneknya itu. Kaki kecilnya berlari semakin cepat.
Frans dan Haikal kompak menoleh pada Raina. Saat gadis kecil itu hampir sampai, tiba-tiba saja Haikal berjongkok dan meraih tubuh gadis kecil itu.
Haikal mengangkat tubuh Raina ke udara. Lalu memutarnya beberapa kali hingga Raina tertawa lepas.
Haikal melakukannya beberapa kali putaran lagi. "Eh siapa nama adik cantik ini?"
"Aku Ina, Om. Nama om capa?" Raina memang sangat cerdas dalam hal berkomunikasi tapi masih banyak huruf yang belum jelas.
Hingga di usianya yang sudah genap dua tahun, gadis kecil itu sudah pandai menyusun kalimat dengan apik walau terdengar cadel.
"Nama Om, Om Haikal. Eh, om punya makanan di mobil. Kita ambil yuk?" ajak Haikal, langsung mendapat anggukan dari Raina.
Beruntung Haikal membawa buah tangan, hingga ia bisa menarik perhatian Raina dengan makan itu.
"Ayo, Om." Raina mengangguk dengan mata berbinar menatap Haikal. Ia melingkarkan tangan di leher pria itu.
Raina yang tidak mengenal sosok ayah langsung merasa dekat dengan Haikal. Padahal biasanya ia takut dengan orang baru, tapi tidak berlaku bagi Haikal.
"Om Frans," sapa Raina setelah turun dari mobil Haikal. Gadis kecil itu mengangkat satu plastik penuh di tangannya. "Jajan ba nyak."
Raina terlihat sangat menikmati kebersamaan bersama Haikal.
"Wahh, nanti bagi Om sama Nenek juga ya," sambut Frans membalas ucapan Raina dengan menirukan ekspresi girang gadis kecil itu.
Haikal bahkan mencium pucuk kepala Raina beberapa kali. Terlihat sekali kalau pria itu sangat menyukai anak-anak.
'Sepertinya mereka berdua cocok,' ucap Frans dalam hati.
Frans terus saja memperhatikan interaksi kedua orang itu. Ia tersenyum melihat tawa lepas Haikal dan Raina.
Haikal merindukan sosok anak, sedangkan Raina merindukan sosok ayah.