Janda Cerai Mati

Via Vandella
Chapter #29

Bab 29. Terima kasih

Yunita bergegas menyusul ke teras, begitu pun Maryam.

"Ada apa, Bang?" tanya Yunita setelah membuka pintu.

Frans melihat adiknya itu dengan tatapan marah. Tanpa sepatah kata pun ia melangkah lalu melayangkan tangan pada Yunita.

"Aaaa," teriak Yunita refleks memejamkan mata, sudah bersiap menerima tamparan dari Frans.

Detik setelahnya tak ada tamparan yang mendarat di pipi. Yunita yang penasaran, membuka mata secara perlahan. "Juan?"

Juan menangkis tangan Frans dengan tangannya. Kini Frans dan Juan saling menatap tajam. Frans menganggap Juan musuhnya sekarang.

Frans yang sedang dikuasai emosi, menendang perut Juan dengan kakinya yang panjang. Seketika Juan terpelanting ke dinding dan mendarat di lantai teras.

Masih belum puas, Frans berjongkok dan menarik kerah baju Juan.

"Jangan, Bang. Aku yang salah," pekik Yunita saat melihat Frans kembali ingin memukul Juan.

"Istighfar, Nak." Maryam pun mendekati Frans, mencoba menenangkan anaknya dan meminta Frans berhenti.

Deru nafas Frans terdengar cepat, ia tak kunjung mengendurkan tangannya di leher baju Juan.

"Bu, Yunita berani membuat aku malu gara-gara pemuda ini," sentak Frans menunjuk Juan dengan tangan kirinya.

"Apa yang sudah Yunita lakukan?" Maryam belum tahu tentang lamaran Haikal yang dibatalkan Yunita secara sepihak.

"Maafkan aku, Bu!" Yunita tertunduk, hanya bisa mengucapkan maaf.

Frans akhirnya melepaskan tangan dari kerah baju Juan. Mereka berdua berdiri bersamaan.

Juan bersiap melindungi Yunita kembali, jika saja Frans berniat memukul wanita itu.

"Kau kenapa?" tanya Maryam penuh selidik. Saat ini wanita tua itu sudah berdiri saling berhadapan dengan Yunita.

Namun, Frans yang terlebih dahulu menjawab dengan nada tinggi, "Dia membatalkan lamaran Haikal melalui pesan singkat! Yunita tidak menghargai aku, Bu."

Maryam pun terkejut mendengar keberanian Yunita. "Mengapa kau begitu berani? Apa salahnya kita diskusi dulu?"

Maryam juga mengalihkan pandang pada Juan. Pemuda yang dipandang hanya diam saja, belum berani menyela barang sepatah kata pun.

Mulut Frans bergerak masih belum puas memarahi Yunita. Wajah pria itu sampai merah padam menahan amarah.

Raina keluar dari pintu, gadis kecil itu melihat orang-orang dewasa dengan tatapan bingung.

"Bu?" Raina meraih tangan Yunita.

Yunita melihat ke atap rumah, berharap Raina tidak menyadari kalau ia tengah menangis.

Kehadiran Raina juga membuat Frans terpaksa menurunkan emosinya. Mental Raina bisa terluka kalau melihat mereka semua berantam.

"Duduklah!" titah Frans mengajak mereka semua masuk.

Frans duduk terlebih dahulu disusul Yunita yang duduk di sampingnya. Sementara Juan memilih duduk di sofa depan mereka.

Berkali-kali Frans mengusap wajahnya, tidak habis pikir dengan adiknya itu.

Lihat selengkapnya