(Jangan) Ada Tomat Di Antara Kita

Lirin Kartini
Chapter #1

BAB. 1 - Gara-gara Diskon

“Nik!”

Panggilan itu membuat seorang gadis yang sedang mengambil beberapa bungkus camilan dari rak supermarket menoleh dan menyahut, “Iy─"

Kata-katanya kembali tertelan begitu menyadari tidak ada orang di dekatnya. Di lorong camilan ini hanya ada dirinya dan beberapa pembeli lain yang agak jauh darinya. Tidak seorang pun dari orang-orang itu yang ia kenal. Semuanya sibuk dengan belanjaan masing-masing.

“Perasaan tadi ada yang manggil deh. Apa aku salah denger?” Gadis berkuncir dua itu mengorek telinganya. “Ah, udahlah.”

Dengan bibir cemberut, ia melanjutkan kegiatannya menyusuri rak camilan dan biskuit. Sesekali ia berhenti untuk memasukkannya ke troli belanja yang sudah hampir penuh.

Di bagian kebutuhan rumah tangga, ia berhenti lagi untuk mengambil beberapa pouch detergen cair, juga pewangi pakaian. Ketika membandingkan harga, ia mendengar panggilan yang sama.

“Nik.”

Tidak mau tertipu untuk kedua kalinya, ia tidak menggubris panggilan yang terasa dekat dengannya. Ia tetap memegang dua pouch detergen di tangan sambil bergumam tidak jelas. Bibirnya komat-kamit seperti menghitung sesuatu.

“Hei, Niki!”

Kali ini suara itu terdengar jelas di telinga disertai embusan napas hangat yang mengenai lehernya. Otomatis gadis yang dipanggil Niki itu melonjak kaget dan nyaris menjatuhkan detergen di tangannya.

“Kak Ian!” serunya terkejut. “Ngagetin aja sih!”

Pemuda yang berusia sekitar dua puluhan itu berdecak dan menggelengkan kepala melihat kelakuan sang adik.

“Kamu ngelamun apa sampai nggak denger aku manggil? Atau kamu pura-pura nggak denger?” tanyanya sambil berkacak pinggang.

Sekali lagi, bibir mungil itu cemberut. “Habisnya, tadi kayak ada yang manggil, taunya bukan.”

“Salah denger kali. Aku lagi ada di sana tuh, jauh. Nggak mungkinlah manggil kamu. Bisa-bisa malah ditangkap sekuriti, karena bikin keributan.” Ian menunjuk bagian makanan segar yang terletak di pojok supermarket.

Niki masih menekuk wajahnya. Kesal.

Ian tertawa sambil mengusap kepala sang adik. Ia lalu bertanya setelah melihat isi troli, “Udah semua?”

“Belum. Masih ada yang mau kubeli,” jawab Niki.

“Ya, udah. Kamu selesaiin dulu belanjamu. Aku mau ke bagian elektronik dulu. Nanti langsung ke kasir aja.”

“Ish! Pasti liatin TV lagi. Liat doang, beli kagak. Awas, kubilangin Mama lho kalau Kak Ian ninggalin aku sendirian!”

“Bilang aja. Emang gue pikirin! Dah lah!” Setelah berkata begitu, Ian pun pergi.

Niki kembali mendorong kereta belanjanya dan mengambil beberapa barang terakhir. Ketika hendak menuju kasir, ia melihat tumpukan chiffon cake aneka rasa dalam kotak mika. Bukan itu saja. Tulisan besar berwarna mentereng dengan kalimat “Diskon 70% Semua Varian” membuatnya bergegas meraih salah satu kotak mika di rak.

“Wah! Kapan lagi nih ada diskon gede gini!” serunya senang. Ia hampir meraih chiffon blueberry kesukaannya ketika ada tangan lain yang mengambil kotak mika itu.

Sosok itu dengan santai memasukkannya ke troli dan mengambil dua kotak lagi dengan rasa yang berbeda lalu pergi ke bagian lain.

Niki melotot tak suka karena merasa haknya diserobot. Ia pun mendengus kesal sambil mencari lagi rasa blueberry yang lain. Sayangnya, ia tidak menemukan kotak mika yang ia inginkan.

“Sialan! Yang tadi itu ternyata tinggal satu!” makinya sambil mengepalkan tangan. “Padahal aku yang duluan! Mana dia?”

Niki bergegas menyusuri setiap lorong supermarket untuk mencari sosok tadi. Ia ingat dengan jelas penampilan anak laki-laki yang berantakan itu. Rambut gondrong dengan poni yang hampir menutupi mata seperti tokoh anime, kaus lusuh bergambar logo Ferrari di balik jaket jins abu-abu dipadu celana jins belel warna senada.

Lihat selengkapnya