“Nik, tunggu di sini!” Ian memerintahkan Niki tetap diam di tempat, sementara ia mendatangi sosok tak dikenal itu.
“Hei, kamu! Ngapain nendangin mobil orang?!” tegur Ian pada si pemuda yang tingginya hampir menyamainya.
Niki yang juga penasaran, akhirnya ikut mendekat. Ia langsung berseru kaget ketika sosok itu berbalik.
“Kamu!” Niki menunjuk dengan mata melotot.
“Kamu kenal?” Ian bertanya.
“Dia yang rebut chiffon cake-ku!” seru Niki dengan suara menggebu.
Anak laki-laki itu hanya terkekeh.
“Kamu ngapain nendang-nendang mobilku?” tanya Ian sambil mencegah Niki ikut campur.
“Mobil kalian terlalu mepet.” Pemuda itu menunjuk kondisi dua kendaraan yang berhimpitan.
“Kok bisa? Perasaan tadi udah bener. Dan tadi bukan mobil ini yang di sini.” Ian mengamati kendaraannya.
“Terus gimana? Aku jadi nggak bisa pulang nih!” Pemuda itu menggerutu.
Tiba-tiba seorang wanita datang tergopoh-gopoh dan bertanya, “Ada apa ini? Apa ada masalah dengan mobil saya?”
“Mobil anda?” Ian dan pemuda itu kompak bertanya sambil saling bertukar pandang.
“Iya. Oh, maaf! Saya parkirnya terlalu mepet, ya? Maaf, maaf, saya baru belajar parkir. Maafkan saya!” Wanita itu berkali-kali membungkuk untuk meminta maaf setelah menyadari kesalahannya. Dengan bantuan Ian, mobil wanita itu berhasil keluar dan mengucapkan terima kasih sebelum pergi.
Tinggallah pemuda itu berdiri kikuk di depan Ian dan Niki yang melipat tangan di depan dada. Bibir gadis itu tersenyum sinis karena merasa berhasil membalaskan kekesalannya soal kue tadi.
“Ah, maaf. Rupanya aku salah,” ujar si pemuda pada Ian yang membalasnya dengan senyuman.
“Nggak masalah. Jadi, mobilmu di mana?”
Pemuda itu menengok ke sekeliling dan menemukan kendaraannya terparkir tak jauh dari sana. Ian dan Niki kompak mengikuti arah pandangnya.
“Huh! Udah salah, ngeyel!” omel Niki. “Untung aja ini mobil nggak kenapa-kenapa. Kalau nggak, kamu harus ganti rugi!”
“Hush! Udah diem. Dia udah minta maaf kok.”
Niki pun langsung bungkam mendapat teguran dari Ian sambil cemberut.
“Sekali lagi maaf, ya. Aku ….” Pemuda itu berhenti sejenak. Ia terlihat seperti memikirkan sesuatu lalu merogoh kantong belanjanya.
“Oh, ini, ambil aja sebagai permintaan maafku. Kayaknya dia suka banget sama ini.” Pemuda itu menunjuk Niki dengan dagunya sambil mengulurkan sebuah kotak mika chiffon cake blueberry.