Malamnya, Fatma bercerita pada Usman—suaminya—apa yang terjadi sore tadi di kediaman Arif. Sebelum tidur, keduanya memang biasa berdiskusi atau setidaknya mengobrol soal kegiatan sehari-hari. Namun, hari ini mereka dihadapkan pada perkara yang cukup berat.
“Kamu setuju, ‘kan, kalo Emak tinggal bersama kita?” tanya Fatma setelah menuntaskan cerita dan keinginannya.
“Saya setuju aja, Dek. Emak bisa tidur di kamar kosong. Lagian, seandainya anak kita udah lahir pun kamar itu masih tetap gak ada yang ngisi. Alangkah baiknya jika Emak yang ngisi kamar itu. Kamu juga jadi ada teman di rumah, dan saya lebih tenang di kantor,” ujar Usman yang bekerja sebagai kepala editor di sebuah penerbitan buku. “Tapi, yang saya khawatirkan kamu, Bang Arif, dan Rahmat malah saling bermusuhan,” lanjut lelaki berkulit putih dan berkumis tipis ini.
Keduanya yang duduk di atas tempat tidur itu sama-sama gelisah. Fatma tak mau kehilangan hak untuk mengurus Emak, sementara Usman tak mau dibenci Arif dan Rahmat karena keinginan istrinya itu.
“Nanti lama-lama Bang Arif dan Rahmat pasti mau ngerti kok, Mas,” sahut Fatma. “Yang penting kamu setuju dulu, biar nanti saya yang mikirin gimana caranya supaya Bang Arif dan Rahmat ngizinin Emak tinggal di sini tanpa mereka membenci kita,” sambungnya disudahi dengan senyuman tipis. Dia berusaha menenangkan kegelisahan Usman.
Usman mengangguk. “Kalian bertiga harus kembali membuka obrolan dan mencari jalan tengah yang baik untuk semuanya,” katanya kemudian. “Kamu harus bisa meyakinkan Bang Arif dan Rahmat, bahwa seenggaknya Emak bisa tinggal bersama kita sampe kamu melahirkan, syukur-syukur Emak mau seterusnya tinggal di sini.” Lelaki berumur 35 tahun ini tersenyum.
“Saya maunya Emak selamanya tinggal di sini, Mas.”
“Ya, gak masalah,” sahut Usman cepat. Dia tak mau Fatma salah terka dengan ucapannya tadi sehingga mereka malah bertengkar. “Semoga Emak bisa tinggal di sini, ya,” lanjutnya memilih ucapan itu sebagai pertanda dia ingin mengakhiri topik pembicaraan ini.
“Iya, Mas.” Fatma mengangguk pelan. “Bagaimanapun, Emak juga surganya saya.”
***