Jangan Ambil Surgaku

Ari Keling
Chapter #5

Bab 5

Kemarin Rahmat sudah menelepon pusat informasi atau pusat panggilan rumah sakit untuk mendaftarkan Emak yang mau berobat. Pendaftaran itu disebut pasien rawat jalan dengan pembayaran mandiri. Dia mendengarkan penjelasan operator perihal prosedur melakukan pengobatan itu. Lantas bakda asar ini Rahmat sudah memesan taksi online untuk mengantar Emak ke rumah sakit.

“Kenapa gak pake motor aja, Mat?” tanya Emak yang melihat Rahmat menuntun motor ke dalam rumah.

“Pake taksi aja biar Emak lebih nyaman,” sahut Rahmat yang memarkirkan motornya di ruang depan. Dia lantas ke luar dan mengunci pintu rumah. Sebelumnya, dia memang mengantar Emak menggunakan sepeda motor. Namun, kali ini dia mengajak Emak naik taksi karena tak mau kalah dengan Arif yang sempat menawarkan kenyamanan kepada Emak.

“Ongkos taksinya ‘kan bisa buat tambahan tabunganmu,” kata Emak lagi yang duduk di kursi kayu teras depan itu.

“Ongkos taksinya gak seberapa, Mak,” timpal Rahmat seraya menghampiri Emak dan duduk di sebelah orang tuanya itu.

Emak hanya tersenyum tipis. Dia tahu betul Rahmat yang kerap kali bersikeras dengan kemauannya. Dia pun tak bisa menghalangi. Lagi pula, ini untuk kebaikannya juga dalam kenyamanan menuju rumah sakit. Namun dasarnya orang tua, selalu memikirkan anaknya lebih dulu ketimbang dirinya sendiri.

“Lagian, saya udah masukin motor dan taksinya lagi meluncur ke sini.” Rahmat terkekeh.

Tak lama kemudian sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah. Rahmat langsung menghampiri mobil itu dan berbicara pada sang sopir untuk memastikan bahwa itu taksi online yang dia pesan. Lantas Rahmat menghampiri Emak untuk menuntun orang tuanya itu masuk ke mobil tersebut.

***

Setibanya di rumah sakit, Rahmat meminta sang sopir untuk masuk ke gedung samping. Sang sopir sudah paham karena bukan kali pertama mengantar penumpang ke rumah sakit ini. Rahmat juga berujar pada sang sopir akan menambahkan uang parkir.

Gedung rumah sakit itu berwarna hijau muda dan memiliki beberapa lantai. Sang sopir mengemudikan mobilnya ke arah kanan, lalu berbelok ke kiri dan menyusuri lorong parkir. Yang dimaksud gedung samping adalah bangunan yang berada di sebelah kanan. Di lorong yang tampak seperti rubanah itu di bagian tengahnya ada pintu lift. Di dekat area itulah Rahmat meminta sang sopir berhenti.

Rahmat membayar ongkos dan tambahan uang parkir pada sang sopir. Setelah ke luar dari mobil, dia kembali menuntun Emak menuju pintu kaca di sebelah lift itu. Di situlah dia akan menemani Emak berobat. Dia menghampiri sekuriti berpakaian serbahitam untuk meminta nomor antrean. Sekuriti itu juga menjelaskan bahwa nomor antrean itu untuk menyerahkan berkas pasien. Setelah sekuriti tersebut membukakan pintu kaca, Rahmat menuntun Emak masuk dan memilih duduk di kursi panjang dekat tembok.

Tak lama kemudian nomor antrean yang Rahmat pegang dipanggil. Dia bangkit dari duduknya, lalu melangkah ke depan dan duduk di depan seorang perempuan berbaju hijau muda. Rahmat langsung menyerahkan berkas riwayat pengobatan Emak kepada operator pemrosesan data itu. Setelah beres, operator itu menyerahkan kembali berkas Emak kepada Rahmat dan menjelaskan untuk menaruh berkas tersebut ke bagian belakang.

Lihat selengkapnya