Kota Bandung, 2013
Hari ini, seperti biasa hari-hari sebelumnya, aku dan kelima teman yang lain berkumpul di Angkringan Pak Bowo. Kami tidak langsung pergi ke lokasi, melainkan terlebih dulu berkumpul di Rumah Catur yang selalu menjadi meeting point karena letaknya yang paling strategis, yaitu di tengah Kota Bandung. Biasanya, kami hanya menggunakan satu kendaraan roda empat untuk sampai di tujuan. Biasanya pula, aku selalu diberi kesempatan memilih ‘akan menggunakan mobil siapa hari ini?’ karena selalu dianggap sebagai adik oleh kelima yang lain. Meskipun sebenarnya umur kami tergolong sama.
Jawabanku selalu sama, kijang butut catur meskipun saat itu, di hadapan kami, terdapat beberapa mobil yang lebih layak digunakan. Tapi pilihanku tetaplah mobil kijang …. yang dimiliki Catur. Tidak ada alasan yang spesifik untuk itu, selain hanya karena aku uingin membuat kesan di mata Catur tentang diriku, aku ingin diingat Catur dengan hal yang mungkin nggak akan dilakukan oleh perempuan lain.
Rupanya, aku masih menyukai Catur dan terus membuat upaya untuknya melihat ke arahku. Aku tau ini salah, aku bahkan lebih dari tau. Tapi rupanya aku nggak bisa berhenti menyukai dia. Maaf, semesta. Kalau memang aturan itu adalah pertanda untukku nggak menyukai Catur, aku gagal dan ingkar.
Catur POV
Gue tertawa kecil lagi mengingat, bagaimana rumah gue selalu menjadi tempat transit mereka semua setiap mau kumpul bareng. Gue melayangkan pandangan ke arah garasi mobil yang tampak melalui jendela kamar gue, disitulah Kinan selalu mempunyai hak mutlak untuk memilih mobil siapa yang akan digunakan, dan jawabannya selalu sama, seperti yang terjadi hari dimana Kinan membuat rekaman suara ini.
Kota Bandung, 2013
“Bawa mobil siapa nih?” Tanya Sanca asal begitu semuanya keluar dari ruang tamu rumah gue dan berjalan menuju garasi.
“Sstt.. biar Kinan yang milih.” Leon menyahuti dan mempersilakan Kinan untuk memilih, “Nan, mau naik mobil siapa?”