Hidup itu bagaikan canda Tuhan kepada manusia, cobaan-cobaan tanda bukti sayang-nya untuk mereka. Dan aku masih disini mengais-ngais sisa kehidupan jalanan, setelah kehilangan rumah dan menjadi yatim piatu. Biarpun demikian aku tak pernah kesepian sama sekali, ada nasibnya seperti diriku bahkan lebih parah lagi. Aku mengenalnya sebagai Gudel atau ia menyebut dirinya begitu.
Kami bertemu tidak sengaja dalam situasi yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata karena terlalu rumit. Kala itu setelah berlari kelelahan dari kejaran kamtib, aku terengah-engah kehabisan napas. Berhenti dalam sebuah gang kumuh, belum napas diatur. Tiba-tiba tubuh terhuyung dan sedikit menjorok untuk jatuh, bahu ini tersenggol sesuatu. Saat diriku hampir terjerembap mencium tanah, kulihat sesosok ceking memakai kaos oblong dan celana pendek dekil, beralaskan sandal jepit. Wajahnya hitam digerus terik matahari, mata cekung dan giginya agak tonggos.
Tapi ada yang aneh, dikepalanya ada sebuah celana dalam berwarna hijau tosca serta ditangan bejibun pakaian dalam wanita yang entah dari mana itu. Matanya sayu dan menyinggung senyum jorok, itulah Gudel. Apa dan gimana kejadian ini terjadi? Maka akan kuceritakan tentang Gudel dan kebiasaan ajaibnya itu.
***
Ada reaksi aneh jika Gudel mengendus-dengus bau dari pakaian dalam wanita itu, ia tampak membuncah sumringah mirip anak jalanan saat sakauw kala menghirup bau lem kaleng ritual pagi harinya. Ia seperti kecanduan, didalam kamar kostnya yang sempit bertumpuk-tumpuk celana dalam dan bh perempuan entah darimana Gudel dapatkan. Koleksi lengkap mulai dari tekstur berenda, transparan dan berbagai warna.
Gudel hanyalah seorang penggangguran, hidup tak menentu bahkan berharap belas kasihan orang sekitarnya. Tak tahu asal usul dia, darimanakah dan siapa orang tuanya. Belasan tahun yang lalu Gudel datang dikampung ini layaknya orang urban lainya datang ke ibukota demi sesuap nasi untuk mengisi perut.
Pekerjaan kasar apa saja dilakukan Gudel mulai dari kuli, tukang parkir, cuci piring sampai memulung botol plastik bekas. Uang yang didapat dalam sehari hanya bisa untuk membeli nasi bungkus di warteg, memang hidup slum city keras dan apapun dilakukan untuk bertahan hidup.
Tiap pagi Gudel selalu memanggul keranjang kayu dipunggung dan membawa gacu besi pengait. Berkeliling tiap komplek untuk mengais botol plastik di tempat sampah orang-orang borjuis itu, dikumpulkan dalam keranjang dan ditukarkan beberapa rupiah untuk tiap botolnya untuk sarapan pagi. Siangnya Gudel menjadi kuli panggul di pasar ikan ujung pelabuhan itu sampai menjelang ufuk tenggelam di barat. Tapi terkadang Gudel tidak melakukan apapun, hanya berdiam diri di bilik bertutup triplek dan seng terselip bedeng-bedeng kumuh itu. Itulah Gudel dengan kehidupan serambutan, sebuah potret manusia urban yang nyata adanya.
Didalam biliknya yang reot itu tak ada televisi ataupun radio, bahkan koran untuk dibaca saja Sarmin gunakan untuk menambal lubang-lubang dinding agar tidak ada yang mengintip didalam apa yang ia lakukan. Ada kelakuan ganjil yang Gudel lakukan dikala senggang, menciumi pakaian dalam wanita. Entah Gudel dapat darimana, ia menghirup bau dari tiap helai celana dalam dan bh itu. Bagai candu untuknya yang memasuki aliran nadi darahnya, membuat jantung Gudel menabuh bertalu-talu bagai gendang dipukul berkali-kali. Berhalusinasi melayang di atas awan bersenggama dengan para bidadari surga disana.
***
Tak semua tahu bahwa Gudel punya kelakuan aneh itu karena ia jarang bergaul atau sekadar nongkrong dengan preman-preman kampung ini. Atau bagaimana Gudel mendapatkan semua pakaian dalam wanita itu, penghasilan yang ia dapat sehari-hari hanya mampu mengganjal perutnya. Perihal yang bisa Gudel melakukan hanyalah mencuri, kedok profesi sebagai pemulung memudahkan ia beraksi.
Suatu pagi Gudel selalu berkeliling untuk tempat sampah kompleks perumahan seberang kampung ini.Para pembantu-pembantu orang kaya dipastikan menjemur cucian juragan di halaman jemuran mereka. Gudel melihat itu layaknya menemukan harta karun yang tidak bernilai, matanya berbinar.
“Kau adalah hartaku paling berharga dan semua ini milikku..milikku.hanya untukku"
Gudel meraih celana dalam dan bh itu, diciumnya berkali-kali dan didekap erat bagaikan seorang kekasih yang dicintainya. Gudel menemukan cinta sejati dalam sehelai kain bertektur halus penutup kelamin para wanita itu.
Kejadian itu terus berulang dan berulang kembali maka gempar kompleks rumah OKB (orang kaya baru) itu
"Ada Pencuri Pakaian Dalam Berkeliaran!"
Penghuni perumahan sempat gusar, jemuran yang dicuci dan jemur selalu hilang. Cuci pagi, sore hilang. Cuci malam, pagi raib. Tak tahu siapa pencurinya dan pernah terlihat batang hidung seperti hantu tak berwujud.
Gudel begitu lihai untuk melancarkan aksinya dan tak pernah sekalian tertangkap oleh satpam kompleks. Kegalauan semakin memuncak, penghuni merasa kuatir dan was-was atas kejadian kehilangan pakaian dalam tiap harinya.
"Ini pasti kerjaan tukang teluh!"
"Celana dalam kita dipakai jimat guna-guna!"