Jangan Katakan Itu Rindu

ferry fansuri
Chapter #12

Chapter #12 Cewek Cabe-Cabean Yang Ingin Mengangkat Roknya

Kuyu keringat membasahi ketiak ini, panas yang begitu menyengat membakar kotak besi yang kutumpangi. Laksana diriku dioven dalam microvawe, dipanggang tanpa angin sepoi-sepoi sedikitpun. Bis ekonomi dari Umbulharjo ke Purabaya penuk sesak hingga membuatku terjepit dipojok tapi apalah daya. Apalagi aku terhimpit dengan perempuan tambun dengan daster berkibar membawa begitu banyak barang. Baunya menusuk, rembesan keringat di ketiaknya terasa ikan pindang busuk. Aku berusaha menutupi hidungku dengan leher kaos yang kuangkat. Sabar Sarmin dalam hati ini, ini resiko petualangan yang kulakukan.

Kucoba menenangkan diri dengan meneguk air mineral yang kubawa biarpun sebatas isi ulang untuk menghemat biaya. Kaos oblong usang, celana kain kusam, sandal jempit hampir putus, tas ransel kusut dan beberapa receh lembar rupiah yang hitung-hitung cukup untuk makan serta karcis bis. Tujuanku pulau Dewata surganya pencinta selancar akan menjadi tujuan pelarian dan penyembuhan luka ini. Umurku mungkin mendekati 12 tahun atau kurang, aku sendiri tak tahu kapan dilahirkan dan itu sudah lama sekali.

Mabuk darat masih kurasakan di dada ini, mau muntah tapi tersendak di tenggorokan. Belum teriakan penjaja asongan bercampur petikan gitar-suara cempreng pengamen menambah bising didalam bis. Rute yang kulalui masih panjang, sebaiknya kubikin senyaman mungkin biarpun bau bacin itu masih berputar-putar di hidungku. Kucoba alihkan pandangan ke luar jendela, jalan aspal riuh dengan beragam mobil dan truk saling adu kencang. Truk-truk pengangkut sembako jadi pemandangan unik saat ini, bak kayu dicat warna-warni dengan motif menyilaukan mata. Diberikan karakter kata permainan airbrush yang kocak, pernah sebuah truk warna kuning sedang menyalip bis ini disampingku dan sebuah tulisan Aku Tak Lagi Menunggu Jandamu atau Cinta Ditolak, Masih Ada Perek Yang Lain. Tertawalah diriku didalam hati, setidaknya menghiburku saat ini. Mata ini terserang kantuk berat, perlahan menutup berharap tatkala kubuka dan semua lenyap. Moga tak lagi seriuh kata tapi sebisu kala.

***

Tak terasa diriku terlelap lama hingga lelehan iler menetes disisi bibir, sesuatu yang wangi membangun diriku. Hidung ini mengendus-endus asal bau ini, begitu dekat dan tak jauh. Kelopak mata dikit demi dikit membuka mencari lebih, kutengok disampingku telah muncul seorang gadis perawan yang menawan. Kemana perempuan gembul berbau pasar ikan itu, apakah Tuhan mengabulkan doaku atau ada penyihir baik hati yang menukarnya. Kuperhatikan gadis belia ini, tampilan begitu menggoda. Semua mata lajang pria curi-curi padang bahkan ada yang melotot seperti ini meloloskan pakaiannya.

Ia memakai kaos ketat berbau putih dengan motif hello kitty tepat di tengah buah dada yang menyembul ingin tumpah. Rok hitamnya juga begitu press body diatas lutut, kaki putih yang jenjang berujung sepatu selop. Rambutnya hitam tergerai lurus dipundaknya jatuh menebar keharuman dan menukar udara diatas jadi segar. Matanya bulat lentik merayu dan bibir yang tipis bagai menawarkan diri untuk dikulum.

Gadis tak merasa risih dan kikuk bahkan menebah resah terlihat sengaja agar dipelototi dan menelan ludah saat melihatnya. Bersikap sedikit menantang dengan membuka kaki dibawah roknya, mengangkang dan terlihat segitiga emasnya berwarna merah. Ah..kenapa ini mendapati pemandangan itu dan terus melirik serasa ingin tahu apa isinya. Dan kenapa pula ada gejolak diselangkangan balik celanaku yang mulai mengembang, tak tahu apa itu karena merasa belum akil baligh. Kucoba redakan meminum air sebanyak, tak mengerti reaksi apa ini.

***

Bis ini terus melaju dengan beban berlebihan, sebuah lubang menganga didepan tak sempat dihindari sang sopir karena gelap tanpa penerangan disana. Badan bis sempat oleng ke kanan hampir membentur pembatas jalan, seluruh penumpang sempat terombang-ambing. Begitu juga kami didalamnya, gadis sebelahku juga ikut oleng ke tubuhku. Sengaja atau tidak sengaja, buah dadanya yang padat itu didaratkan ke mukaku hingga aku tersudut dekat jendela. Sebuah kejadian langka dan jarang-jarang, ketidak stabilan bis itu membuat ia mencengkram tangan dan pahaku untuk berpegang.

Lihat selengkapnya