Pukul 07.00
Pagi itu Sumirah bangun dengan kesakitan yang pekat di sekujur tubuhnya, tak tahu apa yang terjadi padanya. Ia merasa seluruh tulang belulang remuk dan semua lubang ditubuhnya terasa sakit semua. Perihal yang ia ingat adalah malam itu ia diantar sekelompok pemuda ke kos tempat kerjanya dalam keadaan lemas. Berawal sms nyasar ke telepon genggam miliknya dan mengajak kopi darat, Sumirah memang seseorang yang lemah hati akan perasaan. Setelah melihat yang mengajaknya seorang pria tampan dengan Mercedes, ia luluh diajak keliling kota. Didalam telah menunggu teman-teman dari pria itu, terjadilah pergumulan itu. Jerit desah itu hilang ditelan kelamnya malam. Tapi Sumirah tak pernah mempermasalahkan hal tersebut, ia bergegas mandi dan bekerja seperti biasa di pabrik pemintal benang.
Pukul 12.00
Saat jam istirahat Sumirah makan siang bersama teman-temannya di kantin pabrik, suara-suara cekikikan perempuan mengundang pertanyaan sekitarnya. Sumirah berkelakar kepada teman-teman bahwa ia tak mau punya pacar atau suami dari orang biasa-bisasa. Ia jumawa bahwa pria pilihannya harus ganteng dan kaya tidak seperti Markum security pabrik atau Dalbo bagian gudang. Sumirah mengolok-olok mereka yang hitam dan miskin tujuh turunan. Sumirah tak mau punya keturunan yang tak berbobot, ia ingin memperbaiki keturunan. Sumirah memang tak begitu cantik tapi dengan tubuh yang bahenol, ia terlihat beda diantara buruh pabrik lainnya. Ocehan Sumirah itu hanya membela diri dari sesuatu yang ia tak mau diketahui, ia pernah kepergok berciuman dengan Dalbo di gudang belakang.
Pukul 15.00