Jangan kemana-mana,ya!

Meidiana Shavira
Chapter #25

Tentang rasa (epilog)

1

Sudah seminggu berlalu sejak aku kembali ke Jakarta. Rasanya seperti mimpi yang terlalu nyata untuk dilupakan. Mungkin sebenarnya aku hanya ingin berlama-lama di kota yang menjadi saksi pertamaku bertemu dengan Niskala dan tempat terakhir sebelum kami berpisah lagi.

Ada masa ketika aku percaya, cinta akan selalu menemukan jalannya seberat apa pun. Tapi aku juga tahu, tidak semua cinta harus dimiliki untuk bisa berarti. Aku masih mengingat jelas tatapan Niskala di toko buku, mengantarku pulang dan pamitan waktu itu, bukan perpisahan, tapi janji yang belum terucap.

“Luna, kalau aku hilang lagi. jangan cari aku,”

“Kenapa?”

“Karena aku yang akan cari kamu,”

Kata-kata itu terngiang di kepalaku entah sampai kapan.

Kadang aku berpikir, mungkin cinta bukan tentang berjuang untuk tetap bersama, tapi tentang berani setiap mencintai walau waktu memisahkan. Aku pernah kehilangan banyak hal. Ayah, Bastian, Rani, bahkan diriku sendiri ketika terbaring di rumah sakit. Tapi dari semua kehilangan itu, aku belajar tentang rasa kehilangan yang sebenarnya semesta sedang mengajarkan kita arti memiliki.

Niskala mungkin datang dan pergi, tapi setiap kepergiannya selalu meninggalkan sesuatu keberanian untuk hidup lagi, untuk mencintai dunia, bukan hanya seseorang. Dari Niskala aku belajar kesabaran tapi juga aku tidak mengharapkan terlalu banyak. apakah ia benar-benar milikku atau hanya sekedar membuatku senang?

Dan kali ini, aku tidak ingin mengejar apa pun. Aku hanya ingin tenang di tempat yang sama dengan keyakinan bahwa jika takdir masih menulis nama kami di garis waktu, maka kami bertemu lagi.

2

Niskala sempat memberiku surat yang ia titip kepada Arga. Aku baru sempat membacanya saat di rumah. isinya tidak terlalu manis tapi cukup membuat aku senang.

Lihat selengkapnya