Apabila kita diberi anugerah dan kenikmatan oleh Allah, janganlah kita merasa takut dan berkata semua itu adalah dunia yang akan mencelakakan, dan berniat untuk menjauhi karunia Allah tersebut dengan pergi menyepi di hutan atau di dalam gua. Ketahuilah bahwa ketakutan semacam itu adalah tanda masih lemahnya keimanan kita. Apabila iman di hati telah kuat, kita tidak akan pernah merasa takut oleh hal yang bersifat dunia, kecuali hanya takut kepada Allah Swt., Tuhan Pemberi nikmat.
Orang yang hanya takut kepada Allah, dia akan mampu mengelola dunia bahkan bisa ada di bawah kakinya. Dunia tidak dibiarkan mengendalikan dirinya, tetapi sebaliknya, dialah yang mengendalikan perkara dunia. Kita sejatinya memahami bahwa jika dunia tidak kita kendalikan dengan baik, sesungguhnya ia bisa melupakan kita dari mengingat Allah Swt. Karena itu, kita harus berusaha menjadikan dunia dengan berbagai bentuknya sebagai sarana untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan bukan malah sebaliknya.
Ketika mendapatkan rezeki, dia menyadari apa yang didapatkan semata-mata karunia dari Allah Swt. Dialah Zat Yang Maha Al-Razzaq, tidak ada pemberi rezeki, kecuali Allah. Manusia hanya sebagai perantara. Setiap hari, tidak pernah lupa untuk bersyukur kepada Allah. Karunia, kenikmatan, dan harta di dunia yang begitu melimpah, ia pergunakan untuk ketaatan dan ketakwaan kepada-Nya.
Harus disadari, kemudahan beribadah dengan menggunakan harta tersebut tidak datang dengan sendirinya, tetapi itu bagian dari rahmat dan kasih sayang Allah Swt. Dialah Zat Yang Maha Fattâh (membuka). Apabila hati seseorang telah dibuka oleh Allah, lalu menyadari bahwa dunia tidaklah kekal, tetapi akhiratlah yang kekal, ia akan rela mengorbankan hartanya berapa pun banyaknya demi menegakkan syiar dan panji-panji Islam.