Tak peduli kau sedang menangis tersedu-sedu menghabiskan seluruh air mata, tak peduli kau sedang kelaparan, tak peduli tubuhmu penuh darah dan hampir mati, dan tak peduli seberat apa pun masalah hidupmu hingga ingin mati. Di luar sana, barangkali itu ada di ujung dunia, akan ada seseorang yang sedang berpesta, merayakan ulang tahun, menikmati liburan, atau hanya sedang sekadar berbahagia dengan tertawa-tawa. Di dunia yang besar ini jangan bebani dirimu sendiri yang kecil dengan pandangan-pandangan buruk tentang dirimu sendiri. Kira-kira begitulah kalimat yang tertulis dalam buku berjudul “Sebuah seni menertawakan diri sendiri”, yang saat ini buku itu sedang disobek oleh Mey pada bagian halaman belakangnya yang kosong tanpa ada tulisan. Entah halaman kosong itu memang dibiarkan kosong oleh penulisnya atau memang karena sisa pemotongan pada saat proses penjilidan. Tidak ada yang tahu.
Ia mengambil sebuah pensil lalu menggambar dirinya sendiri dan kakaknya pada kertas kosong itu. Gambar yang tak sempurna. Ia kemudian melipat-lipat kertas itu hingga menjadi bentuk sebuah pesawat terbang. Ketimbang pesawat terbang, sebenarnya bentuknya lebih mirip seperti sebuah paralayang segitiga. Mey belajar membuat pesawat kertas itu dari ibunya, semasa sebelum ibunya sakit. Ketika pesawat kertas telah terbentuk, ia menaruh kembali pensil dan buku berjudul “Sebuah seni menertawakan diri sendiri” itu ke atas meja kamar ibunya. Mey dan Piyak pergi ke halaman untuk menerbangkan dan bermain dengan pesawat kertas buatannya. Langit di hari sabtu, 9 Mei tahun 1998 ini tampak biru indah lengkap dengan awan-awan yang bergerak.
“fuhhhh... fuuhhhh...,”
Mey meniup ujung pesawat kertas, setelah itu ia berlari dan melepaskan pesawat kertas dari apitan telunjuk dan ibu jari tangannya. Pesawat lepas landas. Meski tak terbang setinggi awan di langit biru pagi itu, namun pesawat kertas itu setidaknya mampu membawa tawa seorang anak perempuan kecil yang perutnya sedang tak terisi makanan. Mey sengaja tak makan sisa buah mangga dan buah semangka yang masih ada agar ibunya bisa makan cukup sampai nanti malam. Sekali lagi, rasa laparnya tidak mengubah dirinya untuk tetap tersenyum dan berlarian ke sana kemari terus menerus menerbangkan pesawat kertas di halaman rumahnya. Setelah beberapa kali diterbangkan, pesawat kertas yang ia terbangkan kali ini terbang begitu tinggi karena tertiup angin. Pesawat kertas itu meliuk-liuk tinggi di atas kepala Mey. Mey memandangi pesawat kertas itu. Begitu juga dengan Piyak, ia ikut memandang ke atas. Angin membawa pesawat kertas semakin tinggi. Masih terus meliuk-liuk, seolah sedang menari. Hingga akhirnya pesawat kertas itu tersangkut di atas pohon Kamper. Saat itu angin berhenti berembus. Awan menutup sinar matahari lalu membukanya lagi. Mey menundukkan kepalanya kemudian berjalan pelan ke bawah pohon Kamper. Ekspresinya datar. Ia lalu duduk menyandarkan punggungnya pada batang pohon itu.
“Kakak,” batin dirinya dengan pandangan kosong. Barangkali pandangan itu tertuju pada tempat yang begitu jauh.
Piyak menghampiri Mey,
“Piyakkk... piyakkk... piyakkk... piyak...,”
“Piyak ingin bermain lagi?”
“Piyakkk... piyakkk...,”
“Nanti siang setelah Mey suapin ibu kita jalan-jalan ke luar ya,”
“Sekarang kita istirahat dulu,” kata Mey kemudian mengambil dan mendekap Piyak di pelukannya. Mey memejamkan matanya. Sedangkan mata piyak tertuju ke atas pohon Kamper,
“Piyakkk... piyakkkk... piyakkkk... piyakkkk...,”
Ketika pagi pergi berlalu dan hari sudah memasuki pertengahannya, Mey harus menyuapi ibunya kembali. Di atas meja kamar ibunya, terlihat dalam sebuah kotak makanan terbuka, sisa buah mangga dan buah semangka yang sudah membusuk sedang dikerubuti lalat. Lalat-lalat itu seketika pergi berhamburan ketika Mey mengambilnya. Mey naik ke atas ranjang ibunya. Wajah Mey terlihat begitu lesu. Tampaknya energi dalam tubuhnya hampir habis. Tangannya pun sudah mulai gemetaran. Meskipun begitu senyumnya tak pernah berubah.
“Ibu makan dulu ya,” kata Mey ketika hendak menyuapi ibunya.
Mulut ibunya tak terbuka. Seperti biasa, tak ada ekspresi apapun.