"Ny Alnira" suara dari balik pintu, ruang dokter. "Silakan ibu, mari ikut saya" seorang berseragam perawat, menghampiri. Dera dan Nira duduk di sana. Ruang tunggu dokter, pada sebuah rumah sakit. Ada puluhan orang di sana. Dera berdiri lebih dulu. Sambil menarik tangan sang istri. Membantunya untuk berdiri.
Setelah sekitar 7 langkah, dari tempatnya duduk tadi, keduanya menemukan pintu bertuliskan nama seorang dokter. Lengkap dengan embel gelar serta spesialisasinya. Dera dan Nira, harus melewati beberapa kali pemeriksaan pagi tadi, sebelum akhirnya siang ini, mereka bisa masuk ke ruang dokter.
"Dr dr Yezakhiel Adnan Spesialis Penyakit Dalam" tulisan itu cukup besar dan jelas, untuk dibaca dari jarak 10 meter. Aroma kimiawi, berebut masuk ke hidung Dera. Ditambah aroma pengharum ruangan, membuat sensasi aneh menjalari tubuh Dera yang memang jarang sekali bertemu dokter, atau pergi ke rumah sakit.
Sementara ia masih kikuk. Nira sudah 3 langkah di depannya. Hingga ia menengok ke belakang, Dera masih berusaha menyamarkan penciumannya, dengan menutup hidung. Sesopan mungkin. Ya tak mungkin, terang-terangan menutup hidung saat masuk ke ruangan orang yang akan menolongnya.
"Alnira ya" ucap pria berambut putih, dengan kulit kepala yang sedikit nampak di bagian tengah. Botak khas. Pria itu mendongak. Melempar senyum sekenanya. Nira hanya mengangguk. "Ayo sini" ia setengah berbisik, pada Dera yang berjalan sangat lambat.
"Silakan duduk dulu ya," pria yang dilehernya tergantung stetoskop itu, membenarkan posisi duduknya. Sekitar 15 detik, dr Yezakhiel mengamati lekat-lekat berkas yang diberikan perawat. Sebuah kacamata, yang tadinya hanya tergantung di bagian atas dahi kini ia kenakan. Kepalanya digerakkan naik dan turun, seolah mengikuti alur tulisan pada berkas di tangannya.
Kreket