Jangan Nikah Muda

Ngiungiu
Chapter #7

Pasrah Pada Tuhan

Dera memang berasal dari keluarga yang amat reliigius. Tapi, ia bisa dikatakan tak cukup dekat dengan Tuhan. Kecuali saat sulit macam ini. Mau tak mau, ia mencari juga Tuhannya. Dalam hati, Dera beberapa kali protes. Menilai bahwa pengabdiannya sebagai hamba, sudah cukup baik. Toh, pikirnya di luar sana masih banyak yang lebih buruk.

"Kenapa sih Tuhan ? Coba koruptor saja yang Kau hukumi begini. Aku tak minta macam-macam. Aku hanya ingin tenang dan mencukupi keperluanku dan Nira yang sederhana," kata Dera dalam hati. Kakinya terus melangkah, hingga ia sampai tepat di gedung PMI. Ia berhenti sebentar. Melongok ke bagian atas depan gedung bercat putih, dengan sedikit diantaranya yang mulai mengelupas.

Ada lambang palang merah, dan tulisan PMI. Ah ya benar, ini tempatnya. Jantung Dera berdegup kencang. Ia khawatir, dan bingung pada saat bersamaan. Bagaimana caranya mendapatkan kantung darah itu. Sementara ia sama sekali tak memiliki uang. BPJS Kesehatan bukan tak membantu. Semua ini juga salahnya yang terlalu lama mengisi dokumen tadi. Hingga prosesnya menjadi lama.

"What ever !!" sergah Dera membuang rasa takutnya sendiri. Tapi pada langkah ke tiga, ia masuk ke gedung itu. Rasa berkecamuk itu seperti kembali lagi, dan memenuhi seluruh isi kepalanya. Dera terus melangkah meskipun ada gamang dan ragu di hati dan pikirannya. Ia menuju ke sebuah loket di ujung ruangan.

Tekan Bel, Sekali Saja. Tulisan itu, ditempel di atas pembatas kaca dengan ketikan huruf Time New Roman yang di tebalkan. Dera menurut. Ia menekan sebuah tombol yang lebih mirip lonceng pada sepeda tua.

Ting

Suara dari benda kecil itu, ternyata cukup nyaring. Seorang petugas wanita mengenakan jas laboratorium menghampiri dari balik pembatas kaca. "Ada yang bisa saya bantu pak ?" katanya.

"Saya mau minta darah bu. Dari rumah sakit itu," Dera menunjuk ke arah luar. Ya gedung rumah sakit itu hanya berjarak 50 meter dari gedung PMI, terpisahkan oleh jalan raya. "Emm golongan darah A. Apa ada bu ?" kata Dera. "Ttapi saya,.." Dera tak melanjutkan kalimatnya. Petugas di depannya nampak mengecek sesuatu di layar komputer dibawah meja loket.

"Kalau golongan darah A, baru saja habis pak. Stok kami tersisa 1 kantung tadi. Ada keperluan darurat dari rumah sakit meminta stok terakhir itu. Untuk pasien operasi kanker katanya," jelas wanita berkacamata itu.

Dera bengong. Ia makin bingung. Bagaimana ini. Malam ini, seperti malam paling buruk baginya. "Jjadi gimana ya bu. Apa ada solusi bu ?," kata Dera mulai merasa hendak menyerah. Harapan satu-satunya adalah PMI ini. Pun darahnya ada, Dera belum tentu bisa membawanya. Lantaran ia tak memiliki cukup uang. Sekarang malah darahnya pun tidak ada.

Lihat selengkapnya