Jangan Rebut Pacarku

Neneng Hendriyani
Chapter #1

Jangan Rebut Pacarku#1

Langkah kakinya begitu panjang dan cepat-cepat. Ia berjalan terus tanpa mengindahkan panggilan teman sebangkunya saat ia bilang mau pergi ke posko. Yang diingatnya hanyalah tugas yang harus diserahkannya sebelum jam istirahat pertama. Ia bergidik ngeri mengingat resiko yang harus diterima bila ia sampai terlambat menyerahkannya. Hiks, jangan sampai aku malu. Bisiknya.

Bruk. "Aduh" terdengar suara seseorang memegang kepalanya. Tubuhnya sendiri sudah jatuh terduduk di tepi got. Kertas yang dipegangnya basah masuk got. Ia sangat ketakutan. Tangisnya mulai terdengar. Cowok yang tadi mengaduh itu memandangnya tak tega.

"Hei, bangun! Jangan duduk saja. Ayo, bangun." Duh, ini cewek kok ya bisa-bisanya malah duduk terus bukannya segera bangun. Hatinya jengkel. Ditariknya kedua tangan cewek itu dan dibantunya berdiri.

"Sudahlah, jangan menangis lagi. Ini kertasnya." Cowok itu menyodorkan kertas yang sudah basah kuyup.

Demi dilihatnya kertas itu basah semua, tangisnya makin menjadi. Ia menangis sesenggukan. Ketakutan tergambar di matanya.

Cowok berperawakan sedang dengan mata sipit itu memandangnya sendu. Dibawanya cewek tadi duduk di bawah pohon. Di sekolah itu banyak sekali meja kursi model cafe yang diletakkan di bawah pohon-pohon rindang. Itulah tempat favorit anak-anak Doea bercengkerama bersama-sama anggota ganknya sambil mengerjakan tugas sekolah.

Setelah cewek itu tenang dan berhenti menangis, cowok tadi pergi meninggalkannya.

"Tunggu. Kak, bisa tolong aku nggak? Aku takut dihukum." Suaranya begitu lemah.

"Oh, kenapa? Tolong apa?" Tanyanya datar.

Duh, ini cowok. Bikes banget sih. Ganteng tapi cuek banget. Kertasnya kan basah karena dia tadi. Eh. Sekarang malah begini. Sungutnya dalam hati.

Lihat selengkapnya