Jangan Sentuh Lukaku

Mer Deliani
Chapter #1

Pena

Di luar, hari sudah menjelang sore, langit perlahan memudar menjadi jingga. Rehna menyandarkan dagunya di telapak tangan, matanya menerawang ke arah jendela. Di samping kirinya, Mila sibuk merangkum materi kuliah Kimia Dasar, sesekali mengeluh dengan nada pelan. Rehna menghela napas. Sejak dulu, ia memang tidak pernah benar-benar merasa ada di tempat yang seharusnya.

"Na, jangan melamun terus. Tugas Bu Lastri belum beres kan?"

Rehna hanya menggeleng, senyum tipis terukir di bibirnya.

"Nanti juga beres, Mil. Aku lagi... inget sesuatu."

Tentu saja, Mila tidak akan mengerti. Tidak ada yang pernah mengerti. Ada hal-hal yang terlalu personal untuk dibagikan, bahkan pada sahabatnya sekalipun. Dan salah satunya adalah kenangan tentang sebuah pena, dan senyum seorang laki-laki yang kini hanya tinggal jejak.

***

Tiga Tahun Lalu, Ulang Tahun Rehna ke-17

"Lo beneran nggak ada rencana apa-apa, Na?"

Aira, sahabatnya saat SMA, menyikut lengannya saat mereka berjalan pulang sekolah. Keramaian koridor sekolah yang khas menjelang bel pulang, entah kenapa, terasa sedikit lebih meriah hari itu. Mungkin karena playlist Spotify-nya sedang memutar lagu yang catchy, atau mungkin karena ia baru saja mendapat nilai sempurna di ulangan Kimia. Ah, Kimia lagi.

Rehna terkekeh.

"Nggak ada, Air. Paling cuma makan martabak di rumah sama Mama Papa. Kenapa?"

Aira memutar bola mata.

"Gila aja! Ulang tahun ke-17 itu sakral, Na! Ini umur legal buat punya SIM, umur legal buat nonton film R-rated tanpa diusir petugas bioskop. Masa nggak ada pesta?"

"Ngapain pesta? Aku kan bukan selebgram,"

Tapi jauh di lubuk hatinya, ada sedikit harapan kecil. Harapan yang biasanya hanya muncul di novel-novel teenlit.

Lihat selengkapnya