Jangan Sentuh Lukaku

Mer Deliani
Chapter #2

Aturan Main

Cahaya lampu neon perpustakaan menyinari deretan buku-buku tebal, menciptakan suasana sunyi yang Rehna sukai. Ia duduk di salah satu meja kosong di sudut, tangannya membolak-balik halaman buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Kata-kata puitis itu terasa menenangkan, meski tak mampu sepenuhnya meredakan riuh di kepalanya.

Pandangannya terhenti pada sebuah puisi tentang perpisahan. Tanpa sadar, jari telunjuknya mengusap lembut ukiran nama 'Loy' yang samar-samar masih terukir di sampul buku yang ia pegang – bekas coretan pensil yang tak pernah ia hapus sempurna.

***

Gerbang SMA tampak kosong. Upacara perpisahan sudah usai, sorak-sorai dan pelukan perpisahan masih terasa hangat di udara. Rehna berdiri di sudut, menunggu Aira yang masih sibuk berswafoto dengan teman-teman sekelas. Tatapannya mencari-cari sosok yang lain. Loy. Ia tahu Loy ada di sana, ia melihatnya menerima ijazah, tersenyum tipis pada kamera. Tapi setelah itu, Loy menghilang.

Rehna mencoba mengirim pesan.

"Loy, kamu di mana? Mau ngumpul bareng nggak?"

Tidak ada jawaban. Satu jam berlalu, Rehna masih menunggu, hatinya diselimuti rasa cemas yang aneh. Aira sudah pamit pulang duluan, karena ada janji keluarga. Rehna akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas. Mungkin ada sesuatu yang tertinggal.

Di dalam kelas yang kosong, di atas mejanya yang sudah bersih, Rehna menemukan secarik amplop putih polos. Tidak ada nama pengirim, tapi Rehna tahu. Tulisan tangannya. Jantungnya berdebar kencang. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu. Isinya hanya selembar surat, singkat.

Na, jika kamu membaca surat ini, berarti aku sudah pergi.

Mata Rehna memanas.

Apa maksudnya?

Aku minta maaf, karena harus pergi tanpa pamit. Ada hal-hal yang harus aku kejar sendiri. Aku ingin menjadi seseorang yang kuat, seseorang yang bisa melindungi. Ini adalah jalan yang harus aku tempuh. Mungkin ini bukan cerita yang kita bayangkan, tapi aku harap kamu mengerti. Di kotak pena yang aku berikan dulu, ada satu surat lagi. Tolong baca itu nanti, ketika kamu sudah siap. Jaga dirimu baik-baik, Na. Aku akan selalu mengingat setiap kata yang pernah kita tulis bersama.

Lihat selengkapnya