Jangan Sentuh Lukaku

Mer Deliani
Chapter #12

Penjelasan

"Loy?"

Kata itu keluar dari bibir Rehna lebih seperti hembusan napas daripada pertanyaan. Sebuah nama yang telah menjadi hantu, kini berdiri nyata di hadapannya. 

Loy mengangguk pelan, matanya tidak lepas dari Rehna. Keterkejutan di wajahnya perlahan berganti dengan ekspresi yang lebih rumit—campuran antara penyesalan, kerinduan, dan sedikit rasa sakit.

"Rehna. Aku... aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini, seperti ini."

Dunia di sekitar Rehna mulai kembali berputar. Suara mesin kopi, denting sendok, dan tawa pengunjung lain kembali terdengar, menariknya dari kelumpuhan sesaat. Ia sadar mereka masih berdiri di ambang pintu, menjadi tontonan aneh bagi siapa pun yang memperhatikan.

"Kita tidak bisa bicara di sini," kata Loy, suaranya kini lebih tegas, mengambil inisiatif seperti yang tidak pernah ia lakukan dulu.

"Boleh aku minta waktumu sebentar? Ada banyak hal yang harus aku jelaskan."

Sebagian diri Rehna ingin berteriak tidak, ingin berlari sejauh mungkin dari pria ini, dari semua kenangan yang ia bawa. Tapi sebagian dirinya yang lain, bagian yang telah menyimpan pertanyaan selama bertahun-tahun, yang telah terkikis oleh rasa penasaran dan sakit hati, mendesaknya untuk tinggal. Bagian itu butuh jawaban.

"Baiklah," 

Mereka tidak kembali masuk ke dalam kafe. Loy menyarankan untuk berjalan ke taman kecil yang tak jauh dari sana, tempat yang sama di mana ia pernah membicarakan impiannya dengan Kevin. Ironis, pikir Rehna getir.

Malam itu udara terasa dingin. Mereka duduk di sebuah bangku kosong di bawah temaram lampu taman. Keheningan di antara mereka begitu pekat, sarat dengan beban masa lalu.

Rehna adalah yang pertama memecahnya. Ia tidak bisa lagi menahannya.

"Kenapa, Loy?" tanyanya, menatap lurus ke depan, tak sanggup memandang wajah Loy.

Lihat selengkapnya