Jangan Tidur di Sekolah

abil kurdi
Chapter #11

Chapter #10 Shena

“Besok kamu ikut ke sekolah, Mar?”

“Kagak, Yog. Ane nunggu di rumah aja. Biar abi ane yang ngambil raport. Kalau jelek kan biar dimarahi di rumah, nggak di sekolah.”

Ah, betul juga kata Amar. Aku ikut dia, deh. Di rumah saja.

“Hey, Obot, Amar. Ayo ke kantin!” ajak Shena.

Aku melihat Shena tanpa semangat. Besok Raportan, hari yang paling deg-degan bagi siswa/siswi sekolah. Sungguh tidak ada semangat kemana-mana, inginnya diam saja di kelas hingga pulang sekolah.

“Ane lagi nggak nafsu makan, nih. Takut dimarahi besok,” ujar Amar menolak ajakan Shena.

“Aku juga,” kataku.

“Ayo, aku traktir deh!” rayu Shena.

“Berangkat!” Amar sekejap lalu berdiri.

Buset, cepat sekali dia berubah pendirian! Terpaksa deh aku ikut.

“Ngapain bingung nilai? Santai dong, kayak aku.” Shena sombong.

“Ya kamu kan, emang nggak mikirin mau naik kelas apa nggak,” jawabku dengan muka malas.

Shena tersenyum.

“Shen, ane nambah ya?” tanya Amar malu-malu.

“Tadi katanya kamu nggak nafsu makan.” Aku memicingkan mata pada Amar. Dia malah cengar cengir.

“Gapapa, tambah aja,” jawab Shena.

Amar segera berangkat ke bu kantin membawa mangkuk mie pangsitnya yang kosong.

Aku penasaran, sebenarnya anak ini cerdas. Kenapa dia sengaja nggak naik kelas?

“Na,” panggilku.

“Iya, kenapa, Bot?”

“Kamu ada niat nggak naik kelas lagi?”

“Mmmm ... nggak tahu ya,” jawab Shena dengan mengangkat kedua bahunya. Bibirnya melebar. Ada rasa kesepian dalam senyumnya itu.

--------------

Lama sekali aku menunggu ibu pulang membawa raportku. Aku deg-degan.

“Mas Yoga, jangan kemana-mana ya,” perintah Gina.

“Ngapa emang?”

“Siap-siap dimarahi ibu, ini sudah mau pulang.”

Lihat selengkapnya