Jangan Tidur di Sekolah

abil kurdi
Chapter #17

Chapter #16 Pentas Seni

Aku bisa membuatmu

Jatuh cinta kepadaku

Meski kau tak cinta

Kepadaku

Diiringi gitar dan piano rangkaian jari-jari Ravi dan Rusli, Shena membawakan lagu dari band Dewa. Suaranya menjiwai hingga pendengar dapat merasa bahwa ia begitu percaya diri dapat membuat seseorang yang tidak mencintainya untuk jatuh cinta padanya, seperti yang ingin disampaikan lagu tersebut. Awalnya, Shena bernyanyi dengan malu-malu, tapi setelah beberapa kali latihan. Ia tidak lagi terlihat canggung.

Waktu mereka pendek. Dua hari lagi pentas akan dimulai. Tapi dua hari latihan itu sudah cukup karena mereka memiliki talenta luar biasa. Mereka, kecuali Dina dan Leli.

“Oyeeyeyeeeaaah!” Dina dan Leli ikut bernyanyi.

Fals.

Musik berhenti, digantikan gelak tawa.

------------------

Acara seni digelar. Pembuka acara tersebut seharusnya pak Warisan. Namun karena sudah beberapa hari sakit, pak Warisan tidak bisa datang. Ravi sang ketua segera naik panggung untuk membuka dan memulai acara. Penonton mengikuti rangkaian acara yang sudah dibentuk Shena dan kawan-kawan dengan enjoy.

“Maaf para penonton semua, seperti yang kita ketahui bersama, band lokal kebanggaan kota kita, The Baby tidak bisa menemani kita pada malam hari ini. Tapi tenang, dan mari kecewa. Karena kita masih punya band yang kalah seru!” Seru MC bersemangat. “Mari kita sambut ...!“

“Aduuuh, aku grogi niih.” Dina mengepal-ngepalkan tangannya yang memucat.

“Tenaaang, ada aku tenang aja,” ujar Rusli santai. Kakinya gemetaran.

“Aku deg-degan. Rasanya kepengen ngompol,“ kata Rusli dengan bibir pucat.

“Tenaaaang. Aku sih sudah ngompol.” Ravi menunduk melihat celananya yang sedikit basah.

Hening.

“Aduuuh, aku jadi pengen ke toilet.” Shena kebelet pipis.

“Kelamaan, gak ada waktu. Itu kita uda mau dipanggil.” Leli mendorong mereka mendekati panggung.

“Mari kita sambut ... The Janin!” teriak MC.

Penonton bertepuk tangan dan juga tertawa di saat bersamaan.

Ravi, Rusli, Shena, Dina dan Leli mulai naik panggung. Satu-satu mengambil posisi masing-masing. Rusli mulai membelai pianonya. Ditemani Ravi yang memetik senar gitar.

Shena gemetaran di atas panggung. Tenggorokannya mulai kering. Ia merasakan, suaranya tidak bisa keluar. Intro sudah selesai, tapi Shena tak kunjung bersuara. Ia semakin gugup. Semua pandangan tertuju padanya.

Bingung.

Ravi dan Rusli mengulangi intronya.

Shena hanya bisa menelan ludah.

“Hiiidupku tanpa cintaaamuu! Bagai malam tanpa bintaaang!” Leli tiba-tiba masuk ke dalam lagu. Masih dengan nada fals.

“Oooyeaah!” Nyanyian Dina ikut masuk.

Lihat selengkapnya