Sudah lama tidak ada aktivitas dari Dalbo. Sama sekali tidak ada. Sekolah jadi tenang. Mungkinkah tusukanku waktu itu berhasil merenggut nyawanya. Atau setidaknya membuat dia kabur dan menghilang. Kalau memang iya, aku bersyukur sekali.
ada perubahan yang terjadi saat aku, Amar dan Shena telah berteman dekat dengan Hana. Murid kelas lain yang bahkan kami tak kenal, menyapa ketika bertemu. Inikah rasanya menjadi populer? Aku tak lagi berperan sebagai anak bodoh yang tak punya teman. Aku berbeda sekarang. Dan aku menyukainya.
Sebuah penggaris menampar tanganku.
“Hey, jangan ngelamun!” seru Shena.
“Iya! Maaf, bu guru!” Aku buru-buru kembali mengerjakan soal.
Aku dan Amar belajar bersama Shena di rumahnya. Minggu ini adalah minggu ujian akhir semester. Kami berupaya untuk naik kelas bersama-sama.
“Bu guru! Ane ijin ke toilet!” teriak Amar.
“Nggak boleh! Kencing di sini saja!” jawab Shena setengah bercanda.
“Oke!” Amar mulai mencoba membuka celananya.
“Kyaaaaa! Sana! Keluar sana!” Shena menutup mata. Ia tak mengira Amar nekad menuruti perkataannya.
Aku dan Amar tertawa keras.
-----
“Eh, kalian sudah dengar belum berita terbaru dari OSIS?” tanya Hana.
Aku, Shena dan Amar geleng-geleng.
“Akan ada pentas seni seminggu hari kamis malam minggu depan,” ucap Hana sambil mengunyah bekalnya.
“Itu kan sehari setelah pembagian raport?” seru Amar.
“Iya, betul. Aku diminta jadi MC-nya,” terang Hana. “Ini pertama kalinya buat aku, lho. Deg-degan.”
“Jangan khawatir, kamu pasti bisa.” Kuacungkan jempolku untukmu Hana, wahai cewek cantik pujaan hatiku.
“Kalian mau nggak tampil di situ?” Hana girang. Dia ingin mengajak kami ikut berpartisipasi. “Nanti bisa kurekomendasikan ke panitia acara. Gimana?”
Mmmm .... Aku, tampil di depan panggung? Belum pernah terpikir sebelumnya. Bahkan membayangkannya saja membuatku demam panggung.