Batinku tertekan. Entah kenapa ibu yang mengambil raportku, sedari tadi belum pulang-pulang juga.
Sreeeek. Suara pagar rumah berderit dari depan.
Aku segera berlari. Kusambut ibu dengan perasaan cemas.
“Bu, gimana?” tanyaku khawatir.
“Naik kelas. Ranking 9,” ucap ibu santai.
Aku naik kelas. Dan juga dapat ranking!? Gila! Tidak sia-sia aku belajar semalaman, bergadang sambil minum kopi terus mencret karenanya. Cihuy!
Kutelepon Shena. Katanya dia mengambil raportnya sendiri, karena lagi-lagi papanya belum bisa pulang.
Tut! Tut! Tut! Lho, tidak diangkat.
Kutelepon Amar.
Tut! Tut! Tut! Sama, tidak diangkat.
Kemana mereka semua? Aneh. Oh iya, Hana bagaimana ya? Aku ingin meneleponnya. Saat aku hendak menelpon, ternyata dia meneleponku duluan. Sepertinya memang kami berjodoh.
“Yog, keluar. Kami di depan,” ucap Hana singkat kemudian menutup telepon.
Aku segera keluar. Kulihat mobil Hana berhenti di depan rumahku. Amar, Hana dan Shena ada di dalam mobil itu.
“Mar, gimana? Naik kelas?” tanyaku cemas.
“Naik kelas! Ada nilai merahnya sih, terus ane disambit abi ane pakai sapu lidi. Tapi ane naik kelas!” seru Amar.
Aku lega mendengarnya.
“Kalau kamu, Na?”
“Yah, tentu naik dong. Kalian naik kelas, masa’ aku sebagai guru nggak. Nggak mungkin dong,” ucap Shena sombong.
Bertiga, kami menunaikan janji kami. Naik kelas bersama-sama. Dan janji itu akan kami teruskan sampai kami bisa lulus bersama.
“Ayo cepetan naik, Bot!” perintah Shena.
Dengan cepat aku naik ke dalam mobil. Hana segera menginjak gas. Kami pergi ke karaoke untuk latihan sebelum pentas.
---
Aku duduk di pinggir panggung, menyaksikan Hana dan seorang MC lainnya memandu acara. Kulihat para penonton yang begitu banyak menikmati jalannya pentas. Sial. Aku gugup! Aku tidak bisa menikmati acara ini karena yang kupikirkan hanya “aku akan tampil di atas panggung!”
“Santai, Yog. Ente jangan grogi. Rilex ....” Amar berkata dengan wajah pucat dan tangan gemetar. Aku bisa melihat guncangan air dalam minuman gelas yang ia pegang dengan tangan tremor itu. 7 skala ritcher! Sepertinya habis ini akan ada tsunami!
Di sisi lain, Shena terlihat santai. Dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, jadi tidak ada yang ia khawatirkan.
“Kita sambut, Trio Kumis Nakal!” teriak Hana.