Jangan Tinggal Sendiri di Asrama

Firyal Fitriani
Chapter #6

Teriakan Dinda

Jihan melihat gelang yang sama dengan Sadewa, mungkinkah langit menyampaikan pesan Sadewa pada Jihan. Lampu asrama yang terang benderang kini sudah mampu membuatnya tertidur nyenyak dengan melihat gelang dan membayangkan wajah Sadewa dalam tidurnya. Dini selalu mengeluh sakit pinggang, dia harus segera cuti dari asrama, sebelum semuanya tahu tentang kehamilannya. Saat menyadari semua sudah tidur, Dini diam-diam menghubungi Uti wardah. Dia hanya bisa percayakan Uti wardah dengan status kehamilannya. Dini mendapatkan izin dengan mudah. Perlahan hampir tidak bersuara, Dini mengosongkan lemarinya dengan memindahkan ke koper dan tas jinjing. Kini lemari Dini bersih, dia sudah menduga tidak bisa kembali ke sini, karena dia akan sangat malu jika harus kembali. Perlahan membuka pintu dengan kunci, tidak sengaja membangunkan Jihan. Dini jadi bingung harus bilang apa, koper dan tas jinjing di lihat jihan bergantian.

“Dini, kamu mau ke mana malam begini?” Jihan membuka setengah kain yang dijadikan selimut.

“Eee…” Dini salah tingkah, dia gugup dan terlihat tidak siap menghadapi situasi ini.

“Din, kamu mau pergi?” tanya Jihan usai melihat bagian kasur dan meja belajar dini hampir tidak ada barang miliknya seperti biasa. Dini menutup kembali pintu yang setengah terbuka. Jihan beranjak dari kasurnya, dia mengikat rambut panjangnya dan langsung memegang tangan Dini.

“Dini, kamu gak betah, ya, sekamar denganku, kamu gak boleh pergi, jika benar kamu tidak betah, biar aku aja yang pergi.”

Dini menggelengkan kepala, memberikan senyum yakin untuk teman sekamarnya yang selalau mudah merasa bersalah. “Jihan, aku harus melakukan ini, semua untuk kebaikanku. Aku gak bisa bilang apa-apa ke kamu karena aku malu.”

“Kamu hamil kan?” Jihan spontan bertanya. Dini terpelanga kaget, sorotannya tak luput dari rasa penasaran, bagaimana Jihan tahu. Apa karena memegang perut dini di waktu itu.

“Kamu ngomong apa, sih, ya, gak mungkinlah aku hamil.” Dini salah tingkah dia berusaha membuka pintu dan memilih kabur. Tapi Jihan masih menahannya. Tangan Dini tepat di gagang pintu.

Lihat selengkapnya