Jangan Tinggal Sendiri di Asrama

Firyal Fitriani
Chapter #13

Hasan

“Jihan apa kamu belum tidur?”

Jihan menatap kosong pintu kamar mereka. Dia sadar Ketika Dinda melemparkan botol minyak kayu putih plastic ke perutnya, kaget. “Siapa yang lempar ini?” Jihan mendapatinya dan Bersiap melempar kembali saat Dinda menunjuk tangannya, tepat sasaran botol plastic kayu putih dapat ditangkap dengan baik.

“Tidur sana, jangan bengong!”

“Aku gak bisa tidur, aku teringat Ibu. Menurut kamu apa aku sangat keterlaluan meninggalkan ibuku begitu saja?”

“Ya, kalau dibilang salah, sih, memang salah. Enggak seharusnya kamu kayak gitu. Dia pasti bakal kecewa banget sama kamu.”

“Iya, aku tahu aku salah, terus apa yang harus aku lakukan?”

“Telpon saja ibu kamu, katakana kalau kamu sudah di asrama sekarang.”

“Itu gak mungkin, akum alu untuk melakukan hal itu.”

“Terus kamu maunya gimana?”

“Enggak tahu.” Jihan mengangkat bahu pasra. Dinda menggelengkan kepala, “Jihan, Jihan kalau begitu yang kau jawab, aku juga enggak tahu, wes akum au tidur dulu.” Dimda menarik selimutnya sambil mengoceh, “Dasar aneh, pertama tanya, pas dikasih ide malah nolak, gimana coba.” Jihan tidak menggubris. Dia hanya bisa mendengar ocehan temannya itu. Terbayang juga akan Sadewa. Jihan melihat gelang pelintir di tangannya melingkar, gelang itu mulai lusuh karena sering kena air dan sabun ketikamandi. “Sadewa, maafin aku, aku tidak sempat kabari kamu, sekarang handphone nya sudah dibrangkas, aku janji besok aku akan hubungi kamu.” Kebetulan besok minggu, tidak ada aktivitas selain gotong royong terjadwal.

Jihan mendongak ke kiri dan kanan, dia tepat berada di Tengah, teman-temannya semua sudah tidur, setelah dilihat-lihat, ternyata tinggal sendiri dengan didampingi simulasi orang mati sangat menakutkan. Saat rasa takut datang, suara halus-halus pun mulai terdengar. Jihan cepat menarik selimutnya untuk terlelap.

Ponsel Uti Wardah tiba saja berbunyi. Nur sedang menghubunginya dari telpon rumah. Sapa dan salam selalu menjadi kunci untuk bicara dengan Uti Wardah. “Iya, Ibu ini saya Wardah. Ada yang bisa saya bantu, Bu?”

“Eh, begini, Uti, Jihan apakah ada ke asrama, soalnya kami baru saja bertengkar, dan saya emosi melihat jawabannya yang kurang sopan kalau bicara, akhirnya saya pura-pura usir Jihan, tapi Jihan malah anggap serius, dia pergi gitu aja.” Nur menceritaan pelan-pelan setipa kronologis kejadian.

“Alhamdulillah, Bunda, memang bukan saya yang menyambut Jihan semalam, Uti Almira sudah memberi tahu saya, emmbenarkan bahwa Jihan sudah kembali ke asrama semalam, di antar pria. Apakah abangnya?”

“Apa Pria?”

Lihat selengkapnya