Jangkitan: Wabah Zombie di Bogor

Kingdenie
Chapter #39

Dua Raja di Satu Puncak

 Keheningan yang mengikuti jeritan mental sang Alfa begitu terasa hingga terasa seperti sebuah kekosongan, seolah suara itu telah menyedot semua udara dari dalam ruang server. Pintu baja yang tadinya bergetar oleh cakaran kini diam membisu. Di lantai, Bimo terbaring, napasnya dangkal, tubuhnya lemas seolah setiap tetes energi telah terkuras habis darinya. Mereka selamat. Untuk saat ini.

Kelegaan yang membanjiri Orion, Jean, dan Ravi begitu kuat hingga membuat lutut mereka terasa lemas. Jean adalah yang pertama bergerak, meluncur ke sisi Bimo, memeriksa denyut nadinya yang lemah namun stabil. "Dia hidup," bisiknya, sebuah doa syukur yang nyaris tak terdengar.

Orion bersandar di dinding yang dingin, senapannya terasa begitu berat di tangannya. Ia menatap Ravi, yang masih berdiri terpaku di depan panel server yang sebagian telah ia rusak. Di wajah Ravi, ada ekspresi takjub dan ngeri. Mereka telah menyaksikan keajaiban, sebuah pertempuran yang dimenangkan tanpa satu pun peluru tambahan yang ditembakkan.

Namun, saat itulah layar-layar server yang tadinya mati mulai berkedip hidup satu per satu. Sistem daya cadangan, yang dipicu oleh korsleting yang dibuat Ravi, telah berhasil melakukan reboot. Ruangan itu perlahan-lahan kembali diterangi oleh cahaya biru-putih dari data yang mengalir, mengusir cahaya merah darurat yang mengerikan.

Dan di layar utama, di atas peta topografi Gunung Salak, sebuah program yang tidak mereka aktifkan berjalan dengan sendirinya. Sebuah jendela pelacakan biologis.

"Apa itu?" tanya Jean, mengangkat kepalanya dari Bimo.

Ravi berjalan mendekati layar itu seolah terhipnotis. Jari-jarinya menari di atas keyboard, membuka detail dari program tersebut. Matanya membelalak. "Ya Tuhan..."

Di layar, mereka melihatnya. Satu titik merah terang berlabel VARIAN-C bergerak menjauh dari gunung dengan kecepatan tinggi. Sang Alfa sedang melarikan diri. Puluhan titik kuning yang lebih kecil, VARIAN-A berkedip-kedip lemah di sekitar kaki menara, statusnya tertulis: KONEKSI HIVEMIND TERPUTUS. TIDAK AKTIF.

Tapi bukan itu yang membuat darah mereka membeku. Di tengah peta, tepat di puncak menara, di lokasi mereka saat ini, sebuah titik biru baru yang sangat terang berkedip dengan stabil. Sinyal itu tidak ada di sana beberapa detik yang lalu. Di sampingnya, sebuah label identifikasi muncul, ditulis dalam teks militer yang dingin dan efisien.

SUBJEK TERDETEKSI: VARIAN-D.

STATUS: AKTIF. SINYAL STABIL.

LOKASI: MENARA TRANSMISI UTAMA, GN. SALAK.

Keheningan kemenangan mereka pecah, digantikan oleh kengerian yang baru dan jauh lebih dingin. Pertarungan Bimo tidak hanya mengusir sang Alfa; itu telah menyalakan suar yang paling terang di tengah kegelapan, mengumumkan keberadaannya pada sistem yang sama yang ingin menghapusnya. Ia tidak lagi hanya sebuah anomali dalam catatan seorang ilmuwan yang mati. Ia kini adalah sebuah target yang terkonfirmasi di peta militer.

"Ini bukan hanya pelacak," bisik Ravi, suaranya gemetar. "Ini adalah penanda target. Sistem ini ... terhubung langsung ke Komando Operasi Sapu Jagat. Kita baru saja melukis sasaran raksasa di punggung Bimo."

Orion merasakan hawa dingin menjalari tulang punggungnya. Rencana bom termobarik itu bukan lagi hanya tentang membersihkan sebuah kota. Kini, rencana itu memiliki target prioritas. Menara ini. Dan anak laki-laki yang terbaring pingsan di lantai.

Saat itu, Bimo mengerang pelan. Matanya terbuka, tampak bingung dan sangat lelah. Ia melihat wajah teman-temannya yang pucat pasi menatapnya. Insting pertamanya adalah rasa bersalah.

"Aku ... aku melakukan sesuatu yang salah?" tanyanya, suaranya lemah.

Lihat selengkapnya