Livy berjalan cepat menuju ruang kelasnya. Dia membalas lambaian teman-teman yang menyapanya.
“Hai, Vy! Nyerempet siapa lagi hari ini?” goda seorang siswa saat berpapasan dengan Livy. Ternyata kejadian tadi sempat menarik perhatian siswa-siswi lainnya.
Livy tersenyum lebar. “Nyerempet Miss Julid!” jawab Livy, membuat temannya tertawa.
Livy sampai di depan pintu kelasnya yang tertutup. Tumben. Biasanya kalau bel sudah berbunyi, pintu akan dibiarkan terbuka, siap menerima kedatangan guru yang akan mengajar.
Tangan Livy meraih pegangan pintu lalu memutarnya. Begitu pintu terbuka dan Livy melangkah masuk ke kelas, tiba-tiba, “Happy birthday, Livy!” sambut Shabia dan Allara.
Livy terperanjat melihat kedua sahabatnya sudah berada di depannya. Tampak Shabia mengabadikan momen tersebut dengan smartphone-nya. Tetapi Livy tidak melihat Hannah, sahabatnya yang lain.
“Aiiih, thank you!” Livy memeluk Shabia dan Allara bergantian.
Tiba-tiba, tap, tap! Shabia memegang pergelangan tangan kanan Livy, Allara memegang yang kiri, lalu menarik Livy ke luar kelas. Allara juga mendorong pelan bahu Livy dari belakang, sementara Shabia terus merekam aksi mereka.
“Ikut kuy!” seru mereka berdua.
“Eh, ke mana?” tanya Livy kebingungan. “Bukannya Pak Poltak sebentar lagi masuk?” Bolos di pelajaran Pak Poltak, Kimia, sama saja dengan bunuh diri di pohon taoge!
“Ikut aja!” jawab Allara.
“Eh, jangan gila, ya. Please!” ujar Livy.
Shabia dan Allara menggiring Livy sepanjang koridor sekolah. Beberapa siswa yang akan masuk ke kelas memerhatikan mereka dengan tatapan heran.
Rupanya Shabia dan Allara membawa Livy ke kantin sekolah. Livy semakin deg-degan. Bagaimana kalau ada guru yang melihat mereka di kantin pada jam pelajaran?
Di dalam kantin, Hannah sudah duduk menunggu di meja pojok. Di atas meja ada sebuah kue cokelat berukuran kecil, lengkap dengan lilin yang menyala.
“Hei, sini!” Hannah melambaikan tangan kepada mereka sambil tersenyum cerah. Mereka pun berjalan ke meja yang sudah ditempati Hannah.
“Met ultah, Livy!” seru Hannah sambil beranjak dari duduknya.
“Makasiiiih,” Livy tersenyum, tapi hatinya kebat-kebit. Dia menoleh ke belakang, khawatir ada guru yang memergoki mereka.
Melihat Livy tampak tidak santai, Hannah lalu berujar, “Santuy, Vy. Pak Poltak hari ini telat masuk katanya.”
“Oh ...,” Livy merasa, beban berat itu terlepas dari kepalanya.
“Happy birthday Livy ... happy birthday Livy ... happy birthday ...,” Hannah, Shabia, dan Allara menyanyikan lagu ulang tahun untuk Livy sambil bertepuk tangan. Melihat itu, Bu Kantin juga ikut-ikutan.