Janji Livy

Beby Haryanti Dewi
Chapter #9

Miss Julid

Hari ini Pak Poltak tidak masuk ke kelas Livy karena sakit. Seharusnya, setelah jam istirahat, Pak Poltak mengajar pelajaran Kimia. Livy dan teman-teman sekelasnya tentu saja kegirangan karena jam istirahat mereka menjadi sangat panjang.

“Eh, kita ngadem di perpus aja, yuk!” Livy mengajak Hannah, Shabia, dan Allara ke perpustakaan sekolah, yang langsung diiyakan oleh teman-temannya itu.

Perpustakaan sekolah mereka bagus dan cukup lengkap. Koleksinya bukan cuma buku-buku pelajaran, tetapi juga buku-buku fiksi, koran, komik, juga majalah. Livy suka menghabiskan waktu di perpustakaan bila ada jam kosong.

Livy dan teman-temannya berjalan menuju rak komik dan majalah. Di sanalah tempat yang paling disukai Livy. Dia tahan membaca berjam-jam di situ bila tidak harus masuk kelas. 

“Eh, pssst ... tuh!” Delila menyenggol tangan Arumi, teman sekelasnya, yang sedang duduk bersamanya. Matanya memberi kode agar Arumi melihat ke arah Livy dan teman-temannya yang melewati meja mereka.

 “Itu, tuh ... yang bapaknya di penjara. Nggak malu, ya, masih sekolah,” bisik Delila dengan suara sengaja agak dikeraskan agar terdengar oleh Livy.

Livy yang tadinya sudah berlalu, sontak berbalik menghampiri Delila.

“Ngomong apa tadi?” tanya Livy sambil melipat kedua tangannya di dada. Tatapannya menghunjam mata Delila yang bulat. Arumi, Allara, Shabia, dan Hannah memerhatikan mereka berdua seraya menahan napas.

“Ngomong? Siapa yang ngomong? Aku lagi baca buku, kok. Buku ini, kali, yang ngomong!” kilah Delila sembari menunjukkan buku yang sedang dipegangnya.

“Pantes kamu nggak pernah lolos casting, aktingmu jelek banget!” balas Livy.

“Eeeh!” Delila bangkit dari duduknya.

Livy mendekatkan mukanya dengan muka Delila. “Apa?”

“Ssst ... jangan ribut!” bisik Arumi mengingatkan, seraya melirik ke arah Bu Miaw, petugas perpustakaan yang sedang serius mencatat sesuatu. 

Sebenarnya nama asli Bu Miaw adalah Bu Mia. Tetapi karena perempuan bertubuh besar itu selalu galak pada siswa, ditambah suaranya pun melengking—seperti mengeong—maka para siswa menjulukinya dengan nama “Bu Miaw”. Bu Miaw paling tidak bisa berkompromi dengan siswa yang membuat keributan di perpustakaan.

“Aku heran, deh. Kamu muka tembok juga, ya. Seisi sekolah ini udah tahu soal papamu yang ... menggelapkan uang itu, lho. Kalau aku jadi kamu, aku pasti bakalan pindah sekolah,” kata Delila lagi. Tampaknya dia tidak mau segera mengakhiri perseteruannya dengan Livy meskipun berisiko dimarahi Bu Miaw.

“Astaga!” Allara, Shabia, dan Hannah terperanjat.

Livy menggeram. Kata-kata Delila benar-benar membuatnya tersinggung. “Kalo nggak tahu masalahnya, mending kamu diam aja, deh! Dasar Miss Julid!” sembur Livy.

“Kamu kalo nggak julid nggak makan, ya?” timpal Allara tidak tahan melihat Livy di-bully.

“Delila! Kita udah harus masuk kelas, nih. Jam istirahat udah habis,” bisik Arumi pada Delila, berusaha melerai.

Lihat selengkapnya