Oke, saatnya menalar semuanya. Milan, seorang anak laki-laki yang kuliah kejuruan dokter, dia tidak akan salah. Dia tahu apa yang dia katakan.
“Lan,” panggilku dengan raut wajah serius, “menurutmu apa yang membuat penyelidikannya berhenti?”
“E-eh,” dia tampaknya agak kaget mendengar arah pembicaraanku yang semakin serius. Dia mendekat dan mengambil kursi di meja belajarku, “Oke, kita akan menyelidiki kasus ini bukan? Ini sangat seru.”
Aku melihatnya hanya menganga sedikit. Dia sepertinya tertarik dengan kasus seperti ini. Tergambar dari raut wajahnya yang berbinar.
“Oh, maaf,” jejalnya kata itu di tengah, “mungkin kau masih berada di posisi duka. Aku terlalu bersemangat mengenai ini.” Sedikit kekehan malu darinya.
“Tidak, tak apa,” kataku mengubah pandangan, “aku lebih suka orang yang berantusias. Jadi, apa menurutmu yang membuat penyelidikannya berhenti?”
pertanyaanku terulang membuat Milan sedikit berpikir. Dia membuka mulut enteng dan berkata, “mungkin orang terdekat ingin menghentikannya, sepengetahuanku korban memiliki alasan jelas untuk melakukan bunuh diri sehingga mereka merasa cukup.” imbuhnya jelas dan mantap. Dia tidak menyebut nama Ethan. Dia hanya menyebut korban. Mungkin dia merasa kata itu tidak pantas dilontarkan ke arahku.
“Kamu menuduh orang terdekat Ethan yang melakukannya?” pertanyaanku membuat dia melirik ke atas.
“Aku tidak berkata menuduh, itu hanya pendapatku saja,” balasnya yang sedikit merasa bersalah.
“Itu masuk akal, ibu Ethan meminta untuk menghentikan otopsi dan menutup kasusnya,” kataku yang membuatnya bersemangat lagi. Aku mulai berpikir keras. Ibunya memiliki alasan yang jelas untuk membunuh Ethan, yaitu menyingkirkannya dari kehidupan ibunya yang baru. Mungkin terdengar kejam, tapi itu kenyataanya. Ethan memang renggang dengan keluarganya setelah perceraian. Dan ibunya kawin lagi dan mendapat kesempatan keduanya. Sedangkan Ethan malah membuang kesempatan itu bersama ibunya.
“Apa polisi juga memberikan keterangan ini sebagai pembunuhan?” pertanyaan Milan sangat bagus, membuat aku berpikir ulang mengenai ini, “Aku tidak habis pikir pada ibunya, mengetahui bahwa hal ini pembunuhan dan malah ditutup kasusnya, kasihan sekali Ethan.”
Akhir perkataannya membawaku kembali ke ingatan ibunya. Polisi tidak memberi tahu ini sebagai pembunuhan, bahkan mereka tidak menyebutkan kalau narkoba itu ditaruh orang lain ke dalam tubuh korban.
“Penyidik itu, tidak menjelaskan tentang keterangan korban sebagai pembunuhan atau dosis yang tak wajar,” aku berpikir lebih luas, “ibunya hanya melihat rekap medis sekilas dan menutup kasusnya, sialan.”
“Maksudmu polisi tidak mau repot mengenai ini?” tanya Milan yang belum bisa menerka pandanganku.
“Tidak, kasus ini ditutupi oleh polisi. Astaga, pikiranku menjadi terlalu luas.”
“Ternyata lebih rumit dari perkiraanku.”
“Milan, maukah kau ikut bersamaku besok saat kami mengunjungi rumah Ethan?” ajakku bermaksud untuk dia ikut menyelidiki sesuatu pada ibu Ethan.
“Jam berapa?” balasnya untuk memeriksa jadwal.
“Pagi jam 8 kita berangkat, aku akan menyusulmu dengan motorku. Kita akan menyelidiki ini. Kau ikut kan?”
“Tentu saja, ini pasti seru.”