_ _ _
"Ibu, kemalin ayah sama tante Tari tidul bareng, meleka enggak pakai baju. Ayah diatas telus tante tari dibawah." Bocah yang usianya enam tahun itu mengadu sama ibunya dengan apa yang dilakukan ayahnya. Namira, ibunya Zakia sempat terkejut mendengar cerita dari anaknya itu. Benarkah apa yang dikatakan zakia atau cuman karangan saja, tapi anak kecil tidak mungkin berbohong.
"Mungkin kamu salah lihat sayang, Tante Tari sama ayah tidak mungkin... "
"Zakia enggak salah lihat bu," Zakia memotong ucapan ibunya. Hal tersebut membuat Namira merasa gelisah dan khawatir.
"kalau, ibu tidak ada dirumah. Ayah sama tante Tali seling tidur bareng." ucapnya. Hal tersebut membuat dada namira semakin sesak, benarkah apa yang dikatakan oleh anaknya itu.
Namira termenung, sejujurnya ia sudah merasa curiga terhadap suaminya. Karena semenjak suami Tari meninggal, sikap Nathan terhadap istri sepupunya itu terlalu berlebihan. Bahkan nathan lebih memperhatikan Tari dan anaknya ketimbang ketiga anaknya sendiri dan istrinya.
Tari merupakan istri adek sepupunya Nathan. Suami Tari mengalami kecelakaan dan meninggal ditempat. sejak saat itu, Nathan diberi tugas untuk menjaga Tari dan anaknya yang masih kecil, usianya tak jauh dari usia Zakia. Awalnya terlihat wajar, tapi semakin kesini, Namira melihat sikap suaminya sedikit berlebihan.
" ya sudah, kamu lanjutin lagi belajarnya." ucap Namira. sementara Zakia hanya mengangguk, lalu kembali fokus dengan buku yang didepannya, Namira sendiri gelisah, pikirannya mendadak tidak tenang. benerkah yang anaknya ceritakan, jika benar, suaminya sudah sangan keterlaluan.
Karena terlalu larut dalam lamunan, membuat Namira tidak sadar jika putra sulungnya yang kini duduk diibangku kuliah sudah pulang. namira juga tidak mendengar salam, bahkan wanita tersebut juga tidak sadar jika putranya kini berdiri dihadapannya. pandangan mata Namira kosong seperti jiwanya saat ini.
"Ibuu..." Emiir menyentuh pundak ibunya. seketika namira terkejut bukan main.
"Ya allah, abang sudah pulang. maaf ibu tidak dengar kalau abang sudah pulang". Namira mengusap sudut matanya yang sudah beair. ia tidak ingin terlihat sedih didepan anak anaknya.
"Ibu melamun, apa Ibu sedang tidak enak badan." Emiir menatap wajah ibunya yang sedikit pucat. mendengar kekhawatiran dari putranya membuat Namira menggeleng.Tubuhnya sehat, tapi hatinya yang sedikit sakit.
"Ibu baik baik saja kok. Ganti baju dulu sana, nanti Ibu siapkan makan." ucap Namira dengan lembut.
"Ya sudah bu," Emiir bangkit dari hadapan ibunya. Remaja yang masih memakai seragam sekolah itu bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian.
_ _ _ _
Waktu berjalan begitu cepat, bahkan kini hari telah berganti. Tapi entah kenapa hari ini namira bangun sedikit terlambat, ia tertegun karena mendengar keributan dilantai bawah. Namira melirik jam yang ada diatas meja. Waktu menunjukkan pukul tujuh. Gegas Namira turun dari tempat tidur, ia mengambil jilbab yang terletak disamping bantal, lantas bangun keluar kamar.