Janji palsu ayah anakku

Suci maisarah
Chapter #2

Kedatangan Madu

"Sabar yaa sayang." Melia mengusap punggung menantunya dengan lembut.


_ _ _


Sedangkan Namira hanya mengangguk, lidahnya terasa kelu, untuk mengeluarkan suaranya. Setalah ijab kabul selesai, Namira segera pamit pulang, tentunya bersama dengan anak-anaknya. Melia pun demikian, wanita tua itu juga memilih pulang ketimbang harus melihat putranya bersama dengan wanita lain. Ijab kabul memang dilakukan dirumah Tari, karena mereka hanya menikah sementara.


Pukul lima sore Namira tengah duduk santai sembari menemani Zakia menggambar. Tiba- tiba terdengar suara deru mesin mobil yang berhenti dihalaman rumah. Tak selang berpa menit. Namira mendengar suara suaminya dan istri keduanya. Karena penasara, akhirnya Namira bangkit dan melangkah menuju ruang tamu.


"Ada apa ini." Namira langsung bertanya ketika melihat suaminya datang membawa dua koper yang lumayan besar.


"Namira, Mas minta ijin agar Tari dan Putri tinggal dirumah kita sementara. Soalnya rumah Tari dijual sama mama," Jawab Nathan. Mendengar jawaban dari suaminya, seketika Namira diam. Haruskan Namira menyetujuinya atau tidak.


" Kenapa rumahnya dijual, bukankah itu rumah milik Tari. Ares yang membelinya dulu." Namira mengajukan pertanyaan, ia penasaran kenapa rumah Tari dijual. Karena setahunya, rumah itu Ares yang membelinya, mendiang suaminya Tari. Sebab Ares sudah dianggap anak oleh ibu mertuanya.


"Nanti, mas ceritakan. Tapi tolong ijinkan Tari dan Putri tinggal disini yaa." Nathan kembali memohon. Berharap Namira mau menerima Tari dan Putri untuk tinggal dirumah mereka.


" Kenapa harus tinggal disini, mas. Kenapa enggak cari kontrakan saja, kan bisa. Atau tinggal dirumah Mama." Namira memberikan saran, ia tidak akan menerima Tari begitu saja.


"Putri tidak suka jika tinggal dikontrakan, itu sebabnya mas ajak mereka kesini. Mama tidak akan mungkin mengijinkan mereka tinggal dirumahnya," Ujar Nathan. Sejujurnya, tadi Nathan berencana mencari kontrakan, tapi Tari yang menolaknya.


" Namira bagaimana." Nathan menatap mata coklat milik istri pertamanya.


"Ok, mereka boleh tinggal dirumah ini. Tapi hanya sepuluh hari saja, setelah itu mereka harus angkat kaki dari rumah ini. Dan tugas kamu, mas. Cari rumah untuk mereka, tapi dengan catatan, uang yang untuk membelinya dengan uang kamu sendiri atau uang Tari," ungkap Namira. Mendengar itu Tari dan Nathan sama-sama terkejut. Nathan tidak masalah jika harus membeli rumah, tapi untuk uangnya yang bikin masalah. Sementara Tari sendiri, wanita itu inginkan tinggal dirumah Namira, karena ia berencana menguasai rumah tersebut.


Nathan menghembuskan napasnya, untuk saat ini ia memilih mangalah. Mungkin nanti bisa didiskusikan dengan Namira. Karena Nathan sendiri tidak cukup uang untuk membelikan Tari rumah. Istri keduanya juga tidak mau membeli rumah yang sederhana, pasti maunya yang mewah. Karena Tari pernah mengatakan sendiri, rumah yang diinginkan, paling tidak seperti rumah Namira.


"Ok, kamu tidak perlu khawatir. Sekarang Mas antar mereka ke kamar ya," ujar Nathan yang memilih untuk mengalah saja.


" Kamar tamu loh, Mas. Soalnya kamar diatas bisanya untuk menginap sama mama." Sahut Namira. Yang orang menumpang yang harus nurut dengam tuan rumah. Sama halnya dengan dian ia sudah curiga jika madunya itu tidak beres, Alias ingin berkuasa dirumahnya.


"Memangnya mama mau nginep? Kamar tamu kan tidak begitu luas." Ujar Nathan. Memang ibunya terkadang menginap dirumahnya, tapi sudah lumayan lama sang ibu tidak menginap dirumahnya.


Lihat selengkapnya