Janji Suci

Dudun Parwanto
Chapter #9

Apresiasi di Rapat Redaksi

Apresiasi di Rapat Redaksi


Setelah berbagai drama menjelang tenggat waktu penulisan, Majalah Reforma dengan laporan utama polemik seputar Reklamasi akhirnya terbit. Hari Senin seperti biasa diadakan rapat redaksi. Di hadapan awak redaksi Batubara, memuji keberhasilan Zul melakukan wawancara dengan Menko Maritim, dan sebaliknya menyampaikan kekecewaannya karena Tim Rendi khususnya Makmun gagal melakukan interview dengan Menteri KKP, yang menjadi narasumber kunci.  

“Pertama kali saya mau menyampaikan Rendi dan tim kali ini harus mengakui kegagalannya menyajikan laporan utama dengan baik karena narasumber utama Menteri KKP tidak berhasil diwawancarai, kedua tim Rendi harus berterima kasih kepada Zul, karena berhasil mewawancarai Menko Maritim sehingga Laporan utama jadi naik. Hasil wawancaranya pun cukup bagus dan lengkap sehingga judul kita pada edisi ini menggunakan kutipan dari Menko Maritim. Nah kali ini kita berikan aplaus untuk Zul…”

Semua tepuk tangan termasuk Rendi, sedangkan Makmun tampak ikut tepuk tangan meski kurang ikhlas. Rendi pun mengisyaratkan agar dia diam. 

“Selanjutnya wawancara dengan Gubernur Jakarta, saya cek tidak ada sesuatu yang baru, komentarnya pun sudah ada di media massa semua, padahal saya baca draft materi pertanyaan kemarin sudah cukup bagus, namun kenapa hasilnya seperti ini?..siapa yang wawancara ini?” tanya Batubara.

Rendi pun menunjuk Makmun.

“Makmun dimana kamu wawancara gubernur, di kantornya atau dimana?’ tanya Batubara.

“Bukan Bang, di depan balaikota, pagi sebelum dia masuk kantor kita nodong dengan wartawan lain..”

“Pantesan, di situ kan tempat apa saja, ada rakyat mengadu dan sebagainya, mana sempat Gubernur menjawab panjang lebar. Tapi kalau memang ketemu di situ, kamu mestinya tanyakan hal-hal yang prinsip saja bukan pertanyaan yang umum. Gubernur ini kan orang yang gampang kepancing emosinya, mestinya pancing saja dia biar semua yang dimulutnya keluar….gitu lhooo”

“Sudah bang, cuma jawabanya sepotong-potong,”

“Ah aku nggak yakin itu…coba mana hasil rekamannya kasih ke aku yaaa…” Batubara malah tambah kesal. 

Makmun terdiam menunduk. Rendi gelagapan. Dia tahu Makmun tidak bertemu gubernur, tapi mengutip dari berbagai sumber . mana mungkin punya rekaman wawancaranya. 

"Ada gak wawancaranya," tanya Batubara lagi.

"Maaf ga punya bang, sebenarnya saya tidak berhasil bertemu gubernur Jakarta. Bahan itu saya kutip dari berbagai sumber lalu saya kemas sendiri bang," jawab Makmun jujur.

Semua peserta rapat kaget termasuk Rendi.

"Berarti itu bukan hasil wawancara kamu lalu kamu akui sebagai hasil wawancaramu," tanya bu Jujuk gusar.

Makmun mengangguk pelan.

"Apa semua wawancaramu selama ini seperti itu? " kejar Harjatmo sebagai Redpel.

"Nggak bang, nggak semua, ada beberapa saja," jawab Makmun.

"Terima kasih kamu sudah jujur, sebab saya perhatikan pola laporanmu seperti itu, jadi selama ini banyak mengutip dari sumber online,"tegas Harjatmo kecewa.

"Saya sebenarnya sebagai Pimred sudah tahu, mana laporan yang mengutip mana yang orisional. Saya sudah perhatikan semua laporan kalian." ujar Batubara menjelaskan.

"Ya laporanmu mirip dengan Rendi, mungkin karena kamu Reporter dibawahnya," ucap Harjatmo.

Rendi hanya diam menunduk dikulitin Redpel.

"Meskipun Rendi Redaktur, tapi sebenarnya dia setara dengan reporter senior seperti Zulfikar. Dulu kita angkat jadi Redaktur karena kita kekurangan orang. Dan saya yang memilih Rendi jadi redaktur karena laporannya tidak pernah kosong, meskipun ternyata sebagian dengan mengutip berita online," jelas bang Batubara.

"Ya saran saya dan buat wartawan yang lain jangan diulangi lagi seperti itu, kita ini mau bersaing dengan Tempra, jadi wawancara kita harus ekslusif , kita harus bisa wawancara sendiri bukan bareng-bareng di jalan,s sehingga kualitas berita kita benar- benar dalam dan terpercaya," saran Bang Batubara.

Lihat selengkapnya