Janji Suci

Dudun Parwanto
Chapter #11

Kue Dibagi Seenak Hati

Kue Dibagi Seenak Hati

 

Tim Laporan Utama Majalah Reforma langsung tancap gas berburu waktu. Pembagian tugas reportase sudah dilakukan oleh Zul dan timnya. Dalam pembagian tugas ini, narasumber utama langsung dihandle oleh Zul sedang anggotanya timnya mewawancarai tokoh tokoh lapis dua. Hal ini dilakukan sebagai tanggu7ng jawab Zul untuk memastikan Laporan Utama Korupsi DAU mendapatkan berita yang valid dan menarik. Berbeda dengan Laporan Utama Reklamasi sebelumnya, dimana Rendi sebagai koordinator menyerahkan nara sumber uatama untuk wawancara pada yuniornya. Hasilnya mereka gagal menembus nara sumber utama sehingga mendapat teguran keras dari Pemimpin Redaksi.

Zul meminta Mirna untuk mencari tahu tentang Yayasan Rabiah. Setelah melacak di jejaring internet Mirna berhasil menemukan yayasan tersebut dan alamatnya. Yayasan Rabiah adalah yayasan pendidikan Islam yang terleatk di Batu Ampar, Jakarta Selatan. Dia pun langsung bergerak untuk berburu nara sumber.  Siang yang panas dengan menggunakan ojek online, Mirna menemui pimpinan Yayasan Rabiah, Hajah Rohana. Yayasan tersebut cukup besar dan mentereng, namun anak asuhnya jumlahnya belum banyak. Sesampai di depan Yayasan, Mirna berpas-pasan dengan Haji Murod yang sedang masuk ke dalam mobil. Namun Mirna tidak mengenal laki-laki tersebut. Dia pun kemudian masuk menemui staf dan mengutarakan maksud dan tujuannya.  

           Rohana kaget dengan kehadiran Mirna yang datangnya mendadak. Wanita ini sebenarnya merasa kurang nyaman dengan kehadiran wartawan. Apalagi ditanyai macam-macam.

"Maaf kalau bisa jangan wawancara saya ya ," jawab Rohana.

"Ibu ini untuk mengkonfirmasi saja, apakah Yayasan Rabih mendapat bantuan dari Kemenang,?" kejar Mirna di depan pintu sambil menyodorkan tape recorder.

Namun dengan berat hati ia mengakui bahwa Yayasannya mendapat bantuan dari Kemenag. Namun dia tidak tahu dana Kemenag yang digunakan dari bagian apa dan berapa jumlahnya. Rohana juga keberatan menyebutkan siapa orang yang memberikan bantuan tersebut.

“Saya hanya penerima dana bantuan dari Kemenag, masalah dana yang digunakan darimana asalnya saya tidak tahu persis… sebaiknya tanya langsung ke Kemenag..” ujar Rohana.

“Seberapa banyak dana yang diberikan? ..” tanya Mirna lagi.

“Ya banyak sekali, semua renovasi yang dilakukan tahun ini dari Kemenag, dananya tidak dalam bentuk uang tunai, namun sudah dalam bentuk material hingga pembangunan selesai. Jadi kita tidak mendapat uang cash ya. Urusan dana dengan Kemenag tidak saya langsung tapi dengan Ketua Perhimpunan Yayasan…….”

“Siapa ketua perhimpunan yayasan..?” tanya Mirna.

“Bapak itu tadi, orangnya baru saja pulang,“ tangan Rohana menunjuk mobil yang baru saja meluncur.

“Bisa minta kontak telenponya?” tanya Mirna.

“Hmm nanti saya tanya dulu ya boleh apa nggak…..Saya minta no HP adik saja”ujar Rohana.

Setelah mencatat nomor HP Mirna, Rohana pamitan karena mau mengisi pengajian majelis taklim. Mirna pun kembali, setidaknya dia sudah mengkonfirmasi satu penerima bantuan dari Dana Haji.

****

 

Berbeda kontras dengan Yayasan Rabiah, panti asuhan Mukayat terletak di pinggiran Jakarta, yang akses jalannya sangat jelek. Bangunannya terbuat dari bahan semi permanen dan kurang terawat, meski anak asuhnya  jumlahnya sangat banyak, namun fasilitasnya tidak mendukung. Dengan mengendarai motor Zul pun sampai di lokasi itu. Anak-anak dengan ramah menunjukkan ruang pemimpin Pondok pesantren. Zul pun disambut hangat oleh Haji Darwis, sang pemilik Pondok. Mereka pun ngobrol di atas saung dengan sajian makanan tradisional dan singkong rebus.

“Darimana tahu yayasan Muhayat?” tanya Haji Darwis.

“Dari seorang di Kemenag, ketemu beberapa hari lalu, ” jawab Zul.

“Oh itu pak Iskandar, wakil saya, dia sedang mencari bantuan ke Kemenag.. Kita sebenarnya sudah mengajukan cukup lama namun bantuan tersebut tidak kunjung tiba ” jelas haji darwis.

           Zul pun menjelaskan maksudnya untuk menulis tentang aliran dana DAU. Haji Darwis pun paham dan menjelaskan panjang lebar.

“Hmm begini, dulu awalnya Menteri Agama menutupi adanya bunga, dengan mengatakan bahwa dana DAU ditaruh di Bank Indonesia dan tidak mendapat bunga. Namun akhirnya setelah didesak banyak, akhirnya pihak Menteri Agama mau terbuka dan mengakui menyimpan dana DAU ke beberapa rekening bank atas nama Menteri Agama, “ ucap Haji Darwis.

Zul mengangguk. Dia merasa awal cerita ini saja sudah menarik, karena ada yang disembunyikan. Dia juga heran Haji Darwis tahu detil masalah DAU.

“Terus kemana aliran duit bunga itu? PP tidak mengatur manfaat DAU digunakan untuk apa secara khusus. Namun di Kementerian Agama, PP diterjemahkannya dalam Peraturan Menteri Agama, melebar tidak hanya kepada layanan ibadah Haji tapi juga pembangunan pendidikan, sosial dan tempat ibadah dan sebagainya. Inilah yang rawan disalahgunakan..” cerita Haji Darwis.

“Kenapa tidak ada yang mempermasalahkannya. aliran tersebut?.”tanya Zul.

“Ini dana umat, bukan APBN, sehingga mungkin dianggap tidak merugikan Negara, sehingga semua pihak menganggap ini dana sosial untuk kepentingan umat sehingga tidak perlu dipertanggungjawabkan, selanjutnya setelah adanya pertanyaan dari anggota DPR, barulah dilakukan audit atas dana manfaat atau bunga tersebut, itu pun baru dua tahun silam, sebelumnya tidak ada audit," jelas Haji darwis.

Zul manggut - manggut mulai paham alur ceritanya.

“Apakah Yayasan Mukayat juga pernah mendapatkan dana itu? ” tanya nya.

“Mmmm Saya pernah mendapat bantuan sekali, waktu itu pemegang DAU namnya Pak Rahman. Dana itu untuk membangun jalan menuju yayasan, kata pak Rahman nggak berkah kalau bunga bank dipakai untuk membangun yayasan dan bantuan tempat ibadah. Namun setelah pengelola diganti dengan Pak Dolalah, saya sudah tidak mendapat bantuan lagi. Nah kemarin, orang saya ke sana untuk minta bantuan pembangunan gedung serbaguna, tapi masih belum tahu dikasih atau enggak, karena proposal sudah masuk setahun lebih, “ ujar Haji Darwis.

Lihat selengkapnya