Janji Suci

Dudun Parwanto
Chapter #18

Janji Suci Terlunasi

 Janji Suci Terlunasi

 

 Rombongan pengantin bersiap menuju akad nikah, Zul pun sudah menyiapkan maharnya yang sudah dirangkai indah. Uang Rp 50 juta disusun dengan rapi. Zul berpakaian necis, berjas hitam ditemani ibunya siap berangkat ke Polres, diiringi sahabatnya dari redaksi Reforma. Akad nikah terpaksa dilangsungkan di aula Polres karena Haji Murod statusnya dalam masa tahanan.

***

 

 Aisyah berdandan bersiap menyambut hari bahagianya. Aisyah tampak cantik dengan gaunnya. Nurjanah mengiringi anaknya menuju mobil. Fatimah datang dan ikut senang karena Aisyah akan menikah dengan Zul, meski sebetulnya Zul juga telah meraih hatinya tapi dia ikhlas demi kebahagiaan sahabatnya.  

***

 

Akad nikah Zul dan Aisyah dilangsungkan di masjid Polres Jaarta Selatan dengan mahar Rp 50 juta sesuai permintaan ayah Aisyah. Calon Pengantin, saksi. wali dan penghulu sudah datang. Tamu undangan dan kerabat dekat bersiap memyambut upacara sakral ketika dua sejoli mengikat janji melaksanakan sunnah nabi.

Semua terkejut ketika haji Murod menolak mas kawin itu, lalu uang itu dikembalikan kepada mereka berdua untuk modal menjalani bahtera rumah tangga. Ketika akad nikah diucapkan Haji Murod menyela.

“Maaf sebelumnya, mahar Rp 50 juta saya serahkan ke kalian berdua, sebagai gantinya untuk mengenang meninggalnya pak Rahman, maka maharnya saya ganti menjadi hafalan surat Ar Rahman.” ujar haji Murod.

“Pak kenapa mendadak, bisa diganti hafalan yang lain maharnya, surat al Ikhlas gitu?.” tanya Nurjanah.

“Hmmm tidak bisa, saya senang mendengar surat Ar Rahman dan saya ingin menghormati meninggalnya pak Rahman. “

           Zul diminta Haji Murod menggantinya dengan mahar hafalan surat Ar Rahman. Haji Murod yakin Zul akan  hafal surat itu jika dia adalah seoarng anak yang baik. Namun jika tidak setidaknya membuat pihak mempelai laki-laki merasa malu. Semua terperangah karena kuatir pernikahan gagal, lantaran mahar yang diminta Haji Murod tidak bisa dibayar oleh Zul. Penghulu pun bingung. Ketika semua orang pesimis, Fatimah malah tersenyum. Dia memberi isyarat pada Aisyah agar tetap tenang.

“Baiklah tidak apa-apa ..” kata Zul menjawab tantangan itu.

Saya nikahkan Zulfikar binti Zulkarnaen dengan Aisyah binti haji Murod denagn mas kawin hafalan surat Ar Rahman dibayar tunai…..” ujar penghulu.m

Lihat selengkapnya