Minggu, pukul 14.43.
Sore itu, rumahku kedatangan tamu, rekan papa. Sebenarnya bukan rekan, lebih tepatnya sahabat. karena dulu kami sempat bertetangga sebelum akhirnya aku pindah rumah.
"Bagaimana kabarmu, Yo?" papa menyalami pak Aryo sambil menepuk bahu, rekan sekaligus sahabatnya itu.
"Selalu baik, Ndre, Reinan juga saya rawat dengan baik sampai kuliah sekarang". pak Aryo balas menyalami papa. Pak Aryo mempunyai anak tunggal bernama Reinan Aditya. dia dua tahun lebih tua diatasku. orang tuanya bercerai dan kak Reinan memilih tinggal bersama ayahnya.
Kami berkumpul bersama di ruang tamu. Bi Ida sangat gesit membawakan minuman dan cemilan. Papa pun memanggilku untuk ikut bergabung di ruang tamu.
"Nak Rei dan Manda sudah lama sekali tidak bertemu. kalian kalo mau terpisah mengobrol silakan saja ya". papa mempersilakan kami untuk membuat ruang sendiri agar nyaman mengobrol. kami saling tatap sebentar, lalu mengangguk. Mungkin papa ingin kami lebih dekat atau ntahlah. Kami pun pergi meninggalkan ruang tamu.
Aku dan kak Rei pun pindah ke teras di halaman belakang. Disana tertambat kursi dan meja kecil yang biasa aku gunakan saat santai membaca novel kesukaan atau sekedar menikmati suasana hari. Cuaca sore itu sangat mendung, seolah mendukung suasana untuk kami santai mengobrol.
"Kita lama banget gak ketemu ya, Manda" kak Rei memulai obrolan sambil menyeruput tehnya.