Janji

Bentang Pustaka
Chapter #1

Prolog

Saking seringnya mimpi,

sampai nggak bisa bedain mimpi atau kenyataan.

Demi bokser merah Mas Giri! Gue nggak lagi mimpi, kan? Kak Jendra ngajakin gue pulang bareng!

Nirma melongo dengan wajah bodoh saat laki-laki berbadan tegap yang selama ini menjadi trending topic di kepalanya menghampiri di kelas dan mengajaknya pulang bersama.

Ya Tuhan, jangan-jangan sebentar lagi gajah bakal bertelur, ya? Atau, tsunami bakal datang sebentar lagi? Ah, pasti ini cuma mimpi!

Nirma pun mencoba menggigit lidah sendiri dan mencubit pipinya berkali-kali, ternyata sakit. Masih tidak percaya, gadis itu bahkan menjambak rambut Alya yang tak kalah terkejutnya.

“Aduh! Lo kenapa sih, Nir?!” raung Alya jengkel karena kesakitan. Tak mau ambil pusing lagi, Alya mengalihkan pandangan ke arah Jendra. “Kak Jendra kepalanya ketendang,

ya, waktu latihan taekwondo? Kok mau, sih, sama Nirma? Kayak nggak ada yang lebih cakep aja.”

“Pakai dukun mana lo?” Kini Alya beralih kepada Nirma sepenuhnya.

Alih-alih marah dengan pertanyaan Alya yang kelewat pedas, Nirma malah tersenyum semringah. Jika sahabatnya tersebut berkomentar dengan kalimat yang terlampau jujur seperti biasa, berarti ini memang bukan mimpi.

Jendra sendiri tak menjawab, hanya tersenyum simpul kepada Alya. Toh, nyatanya senyuman itu membuat jantung Nirma ikut kebat-kebit.

“Ini beneran, Kak? Kak Jendra ngajakin gue pulang bareng?” tanya Nirma, yang dijawab Jendra dengan anggukan mantap.

Ingin rasanya Nirma koprol dari dari lantai dua saking senangnya. Namun, kemudian manik matanya bersirobok dengan mata laser Nessa, yang siap membolongi dan membakarnya hingga tak berbekas.

Lihat selengkapnya