Januari

Melissa Octavia
Chapter #6

#6 Sebuah mimpi buruk

Di sebuah taman yang indah, hati ini terpikat oleh suasana yang begitu menyejukkan hati. Burung-burung kecil terus berkicauan di atas dahan pohon. Kupu-kupu terus terbang bebas di atas udara. Aku bisa merasakan udara yang begitu segar dan sangat sejuk. Disaat aku sedang menikmati pemandangan yang begitu indah, tiba-tiba langit berubah menjadi hitam. Rintik hujan pun mulai membasahi tubuh ini dengan derasnya. Aku terus mencari tempat untuk berteduh. Yang membuatku heran, seberapa jauhnya aku mengejar, aku tetap tidak bisa mencapainya. Aku terus berlari menuju gubuk yang berada di seberang tempatku berpijak. Tiba-tiba ada seorang pria yang sedang menatap ke arahku. Wajah itu mirip persis dengan Alex, sontak aku langsung menghampirinya, tetapi disaat aku mendekatkan diri satu langkah, maka ia juga akan mundur satu langkah. Seberapa kerasnya aku berjuang, maka ia pun akan semakin jauh. Aku terus berlari ke arahnya, dan sesekali memanggil namanya.

“Alex! Jangan tinggalin aku!”

Ia hanya membalasku dengan lambaian tangan dan senyuman yang tipis. Disaat aku sudah merasa lelah, aku sempat berhenti sejenak. Aku terus menatapnya lekat-lekat. Ia juga sedang berdiri menatapku kelelahan dan berkata: “Siena! Jangan menyerah!” aku mendengar ucapannya dari kejauhan, kata-kata yang ia lontarkan membuatku bangkit kembali. Aku semakin bersemangat untuk mengejarnya lagi, tapi Alex semakin jauh dan menghilang dari tatapanku.

Siena

Ah... lagi-lagi mimpi buruk tentangnya. Kenapa sih otak ini terus mikirin dia!

Sejak aku kehilangan Alex, aku terus berusaha untuk melupakannya dan menganggap semuanya seperti tidak terjadi apa-apa. Tetapi, semakin aku berusaha untuk melupakannya, semakin menempel juga ia di pikiranku.

Cahaya matahari mulai menerobos masuk ke jendela kamarku. Aku memicingkan mata untuk memandang pemandangan luar rumah dibalik jendela. Kusambut lembaran hidupku yang baru dengan pikiran yang positif dan tak henti-hentinya aku memotivasi diri sendiri. Siena pasti bisa! Tak terasa, hari demi hari berlalu begitu cepat, Ujian Akhir Semester pun sudah dimulai. Aku mengerahkan seluruh kemampuanku untuk menyelesaikan setiap soal yang ada. Sedangkan murid yang lain, mereka sedang mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk memikirkan cara menyontek tanpa diketahui oleh guru pengawas. Beberapa dari mereka, ada yang saling memberikan kode, melempar kertas, pura-pura menjatuhkan lembar jawaban dan segera memberikan jawaban ke teman di sebelahnya, dan masih banyak cara lainnya yang mereka praktekkan. Melihat suasana seperti ini, aku menjadi teringat pada sosok murid kelas yang paling jahil, yaitu Joni. Selama ini aku mengira dia adalah sosok orang yang baik, ternyata disaat ada hal yang tidak ia senangi, ia langsung tidak segan untuk melakukan aksi yang sangat nekat. Bahkan aksinya tersebut dapat merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Sekarang, ia harus menanggung semua kesalahan yang ia perbuat dengan ditahan di balik jeruji besi. Rasa iba dan kesalku seperti tercampur menjadi satu. Kasian juga si Joni, gak bisa bareng kita ikut ujian. Tapi, siapa suruh dia ngelakuin tindakan bodoh kayak gitu, dan kenapa aku sama Alex yang jadi sasarannya? Kita ada salah apa sampe buat lu jadi cemburu?

Masa-masa Ujian Akhir Semester kulalui dengan lancar. Aku bersyukur dan sangat berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikanku kekuatan serta kelancaran dalam menghadapi setiap proses kehidupan yang harus kulalui ini. Meskipun cobaan hidup yang harus kulalui tidak sedikit, tetapi ternyata dibalik semua cobaan yang ada, Tuhan masih sayang padaku. Yang pertama, aku masih diberikan kesempatan untuk hidup bersama ibuku yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang yang tulus padaku. Yang kedua, aku diberikan seorang teman yang baik, yaitu Lisa. Menjelang masa-masa Ujian Akhir Semester, Lisa selalu memberikanku semangat dan kekuatan. Disaat aku sedang di masa keterpurukan dalam hidup, ia yang selalu setia menemaniku di sekolah. Ia bahkan mampu menjadi seorang pendengar yang baik. Tidak sedikit saran dan masukan yang ia berikan padaku agar aku mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

“Siena! Ujian udah kelar nih, kita jalan-jalan ke mall yuk!” ajaknya dengan ekspresi yang begitu kegirangan.

“Hmmm... aku sih gak masalah. Cuman nanti aku mau izin ke mama aku dulu yah.”

“Oke, no problem. Nanti aku boleh mampir ke rumah kamu gak? Sekalian pengen liat rumah kamu, abis penasaran banget, kamu juga gak pernah aku ajak main!” protesnya sambil menyenggol pundakku.

“Hahaha... iya iya, nanti kamu pulang bareng aku yah, sekalian aku minta izin ke mama. Kalau mama udah izinin, kita langsung ke mall yah.”

“Asyikkk, siap bos! Oh ya, biasa kamu pulang sekolah naik apa?”

“Aku kadang naik angkot. Tapi kalau penyakitku kambuh, aku harus naik taksi.”

“Hah?! Kamu punya penyakit apa?” tanyanya terkejut.

“Aku punya penyakit anemia.”

“Apa itu anemia? Anemia itu penyakit yang lupa ingatan itu bukan?”

“HAHAHA! Itu mah Amnesia, Lis.” Jawabku sambil menertawakannya.

“Ohhh... aku salah selama ini ya, maklum aku kan anak IPS jadi gak tau nama penyakit yang bener.”

“Iya, hahaha... gak masalah kok. Penyakit Anemia itu penyakit kekurangan darah, Lis. Inget ya, kurang darah, bukan lupa ingatan. Kalo lupa ingatan itu namanya Amnesia.” tuturku.

“Ohhh... begitu, namanya hampir mirip. Nah, kalau yang gak bisa tidur itu apa namanya?”

“Itu insomnia.”

“Astaga, namanya mirip semua. Mereka ini saudara ya, namanya hampir sama semua. Aku ngerasa kalo ngobrol sama anak IPA, otakku langsung insecure, apalah dayaku cuma punya otak kentang. Penyakit anemia itu bakal muncul tanda yang kayak apa, Na?”

“Tandanya itu sering pusing, kalau terlalu capek bisa pingsan. Makanya waktu di sekolah, mungkin terlalu maksain diri buat belajar, jadinya capek dan sering pingsan gitu.”

“Oh begitu. Berarti mulai dari sekarang, kamu harus banyak istirahat, jangan terlalu capek.”

“Iya, makasi ya Lis. Eh, udah mulai sore nih, kita pulang yuk.” Ajakku untuk menyingkat waktu.

.....................

“Mama... Siena pulang.”

“Iya, Nak. Kamu mandi dulu gih. Eh? Ini...?”

“Oh ya, aku lupa kenalin ke mama. Dia temen aku namanya Lisa.”

“Halo tante. Aku Lisa, temennya Siena di sekolah.”

“Halo saya Ratna, ibunya Siena. Wah... nak Lisa cantik ya, keliatannya seperti anak yang baik.”

“Iya ma, dia baik banget sama aku.” Pujiku di depan mama.

“Enggak kok tante, aku biasa aja haha.”

“Mama sama Lisa ngobrol dulu disini ya, aku mau mandi dulu.” Ucapku sambil meninggalkan ibuku dan Lisa.

....................

Lisa

“Lisa, ini diminum dulu minumannya. Kebetulan tante hari ini bikin es buah. Yuk, dicobain.”

“Wahhh... gausah repot-repot tante, aku jadi gak enak.” Jawabku sungkan.

“Gausah sungkan, mari dicobain.”

Lihat selengkapnya