Jalanan kota Jakarta dipenuhi sesaknya kendaraan. Motor, mobil, dan angkutan umum. Hari itu, Raven berjalan di atas trotoar sambil membawa tas miliknya yang ia pikul di punggungnya. Ia melihat kondisi jalanan sekitar dengan seksama. Ia melihat banyak orang sedang sibuk juga seperti dirinya, berjalan searah dengan dirinya juga sebaliknya. Ia melihat banyak sekali ekspresi setiap orang, ada yang datar sekali, datar saja, murung, dan bahagia. Disitu pula, ia juga melihat seseorang yang mampu menarik perhatiannya, orang itu selalu tersenyum lebar ke arah orang-orang di sekitarnya. Pakaian orang tersebut terlihat lusuh, penuh lubang, celananya sangat pendek dan kotor.
Begitulah, itu adalah keseluruhan isi yang ada di dalam matanya saat itu. Saat ia berjalan menuju tempat ia akan belajar.
Setelah 30 menit ia berjalan dari rumahnya, ia tiba di depan sebuah gerbang kawasan universitas bergengsi yang ada di kota Jakarta. Ia memasuki universitas tersebut dengan bangga. Ia mampu menginjakkan kaki di situ murni hasil jerih payahnya sendiri sedari SMA. Beasiswa full sampai lulus, sesuatu yang ia idam-idamkan. Ralat, yang semua orang idam-idamkan.
Dari kejauhan, ia melihat ramai sekali orang-orang yang sedang berkumpul. Ya, Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Raven berjalan setengah berlari ke arah kerumunan itu. Bergabung.
Tak sengaja, ada seorang senior yang melihatnya baru saja masuk barisan. Lalu, senior tersebut berjalan menghampiri dirinya yang berada di barisan yang paling belakang.
"Oi! Oi! Oi! Kamu ngapain?" tanya Senior tersebut sambil melipat kedua tangannya. Raven mendeskripsikan apa yang baru saja ia lakukan dengan menggerak-gerakan tangannya. "Ha!? Kamu bisu!?" bentak senior tersebut karena bingung apa yang baru saja melihat apa yang Raven lakukan. Raven mengangguk-nganggukan kepalanya.
Karena merasa tak cukup, Senior tersebut kembali membentaknya, "Ngomong! Kamu gak punya mulut!?" Orang-orang di sekitarnya seketika melihat ke arah dirinya. Ia gemetar.