Setelah itu, mereka berdua makan di dalam kebisuan. Tidak ada suara ataupun tindakan yang keluar dari diri mereka masing-masing. Hambar. Seperti rasa tumis Kangkung yang di bawa perempuan itu.
Kemudian, Raven agak menyandarkan tubuhnya di kursi lalu melihat langit sambil terus mengunyah makanannya dengan penuh kenikmatan. Ia melihat warna langit hari ini begitu cerah sekali. Warna biru laut. Begitupun dengan awan, terasa berwarna putih abu-abu sekali. "Indah.."
Perempuan tersebut melihat ke arah Raven dan ia bingung kenapa laki-laki ini terus-terusan melihat ke atas? Dilain sisi, ia mulai tidak tahan dengan rasa bekal miliknya. Ia berpikir, "Astaga! Makhluk dari galaksi mana yang memasak makanan sehambar ini!? Memang benar ucapan ibu kos, aku harus ikut kelas masak.."
"Hey, kenapa kau terus-terusan melihat langit?" tanya perempuan itu, sambil menutup bekal miliknya itu lalu memasukkannya ke dalam tas.
Raven langsung mengalihkan pandangannya dari langit setelah ia mendengar pertanyaan dari perempuan itu. Lalu, dengan segera, ia langsung menjelaskan apa yang baru saja ia lakukan dengan menggerak-gerakan tangannya.
Perempuan itu menunjukkan ekspresi bingung. Raven yang sadar akan hal itu lalu langsung menyatukan kedua telapak tangannya. Meminta maaf.
Perempuan itu tertawa kecil, "Kau bisu ya?" Raven mengangguk, mengiyakan. "Begitu.. maaf ya?" Raven mengangguk, lagi. "Aku tebak, dari yang kau lakukan tadi.. kau sedang memandangi langit ya?" Raven mengangguk, lagi. Kali ini di tambah dengan ekspresi senang dan semangat. "Langit hari ini terlihat sangat indah ya?" Raven mengangguk lagi untuk yang keempat kalinya.
"Oh, ya! Namaku Rachel. Rachel Marigold. Siapa namamu?" tanya Rachel, sambil menyodorkan robekan kertas dan sebuah pulpen ke arah Raven.
Raven menuliskan namanya, 'Raven Nautilus'