2017.
“HAPPY BIRTHDAYY HYERAAA.” Mata kantuk ini di paksa untuk terbuka. Nafiya sialan. Jam masih menampakan pukul empat pagi dan ia sudah ada di dalam kamarku sembari membawa sebuah kue dengan lilin berbentuk 18 yang menyala sangat terang didalam kamarku yang gelap ini. Dengan gontai aku duduk di pinggir kasur.
“Duh Pak Ahmad gak kerja apa gimana sih? Kok maling di bolehin masuk dah.” Ejekku. Dengan senyuman menyebalkannya gadis di hadapanku yang kini tengah mengenakan topi pesta yang sangat konyol itu mencolek kue yang ia bawa dan menempelkannya pada hidungku. Aku yang jengkel dan merasa tertantang ini membalasnya, alhasil kami saling menyerang satu sama lain.
Kadang aku kesal sekali dengan Nafiya yang selalu seenaknya saja melakukan sesuatu, tapi disisi lain aku pun bahagia bisa bersahabat dengan gadis aneh ini.
“Tjukup!! Mas tjukup!.” Akting gadunganku itu berhasil membuat kami tertawa lepas. Kami pun mendudukan diri diatas lantai kamar ini. Dengan malas, Nafiya menyodorkan sebuah kotak kado, dan dengan ragu aku mengambilnya. Aku harus waspada dengan pemberian gadis aneh ini, karena tahun kemarin ia memberiku sebuah katak, kau dengar aku? KATAK! Memang gila.
“H-how?!” demi tuhan aku gemetar, ia memberikan aku satu tiket konser Maroon 5. Ia dengan sombongnya mengibaskan hijab yang ia gunakan sembari berekspresi sangat angkuh. Dengan cepat aku memeluknya.
“Lu dapet uang dari mana? Ngepet? Open BO?” dengan kasar ia mendorong tubuhku menjauh. Tentu saja ini harus di pertanyakan, karena aku dan dia ini hanya siswi SMA tingkat akhir yang belum memiliki penghasilan. Ia pun akhirnya berkata bahwa ia mendapatkan sebuah doorprize, agak random memang. Aku kembali memeluknya dan menyerangnya dengan ucapan terima kasih yang bertubi tubi.
“Wait.” Ucapku sembari melepas pelukan. Aku pun bertanya apakah dia ikut menonton konser juga, dengan sombongnya ia mengambil sesuatu dari tas nya dan mengisbas ngibaskan tiker konser yang sama dihadapan wajahku.
“MAROON 5 I’M COMING!” selang beberapa detik dari teriakan kami itu, pintu kamarku terbuka dan menampakkan wajah KakakKu yang sepertinya sangat kesal. Segara kami berdua bangkit dan meminta maaf. Sepertinya ia mengalami sleepwalking karena tidak ada reaksi, ia hanya mengangguk dan kembali menutup pintu kamarku. Nafiya dan aku bertukar tatapan bingung dan terkekeh secara bersamaan.
***
“Eh by the way konsernya kapan?” tanyaku sembari mengeringkan rambut. Ya aku baru saja selesai mandi, dan Nafiya tengah memainkan ponselnya diatas kasurku. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, sebuah handuk basah menghantam pas kena kepalanya. Dengan kesal ia menaruh ponselnya dan menghadap kearahku. Mau tidak mau aku mengulang pertanyaan yang tadi. Ia dengan malasnya memeriksa tiket itu, bukannta menjawab ia hanya memasang ekspresi wajah terkejut.
“Kenapa woi? Expired? Palsu?” tanyaku penasaran, karena ia melihat tiket itu bagai ia melihat sesuatu yang menyeramkan, bola matanya seakan akan hendak lepas dari matanya.